Secara etimologis kata filsafat dari kata Yunani filosofia, yg berasal dari kata kerja filosofein yg berarti mencintai kebijaksanaan. Kata filsafat juga berasal dari kata Yunani philosophis yg berasal dari kata kerja philein yg berarti mencintai / philia yg berarti cinta, dan sophia yg berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris philosophy yg bias diterjemahkan “cinta kearifan”.
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban kuno (masa yunani). Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya
A. FILSAFAT YUNANI KUNO
Setidaknya mari kita telaah berbagai pemikiran dan distorsi atau bahkan resultan dari telaah pemikiran (Filsafat) dan Hati ini, sejak suatu jaman terkenal, yaitu jaman Yunani Sofisme Kuno yang terkenal dengan Filsafat Relativisme (Pluralis) Sofistik Yunani Kuno pra-Masehinya yang paling menonjol dari masa itu selain Filsafat Atomis Yunani. Kata ”Sofia” itu sendiri berarti ”berpikir” dalam bahasa Latin Yunani ini. Permulaan pemilihan masa telaah ini juga sesuai dengan pembagian telaah jaman yang umum saat ini (sesuai pembagiannya oleh bangsa Barat yang mendominasi ilmu-pengetahuan saat ini). Masa Yunani Kuno ini antara lain bertokohkan Filsuf Thales (624-546 SM), Anaximander, Parmanides, Gorgias, Zeno, Socrates, Plato, Aristoteles, Ptolemeus, Galen, Hipocrates, Euclides, dsb. Masa ini kemudian juga menjadi salah satu inspirasi Renaissance Barat berabad-abad kemudian setelah Masa Abad Pertengahan (Medieval), dalam melawan kebodohan masa Abad Pertengahan. Walaupun sudah jamak pula kebiasaan orang dalam berpikir kritis di masa Yunani Kuno ini, namun secara umum inti dari pemikiran-pemikiran Filsafat Sofistik Yunani Kuno mereka adalah ”relativitas pemikiran”, atau yang disebut juga sebagai, Filsafat Relativisme (Pluralis). Filsafat Relativisme (Pluralisme) ini, adalah paham yang berdasarkan pemikiran dasar bahwa “Kebenaran itu sesungguhnya (adalah) relatif”. Maka karenanya pula, ”seluruh versi kebenaran dapat saja menjadi benar”, yang dalam hal ini bahkan masih pula bergantung kepada pemikiran, perasaan, hawa nafsu, dan lain-lain, dari para pemikirnya; manusia, tentu saja. Dan di beberapa Abad kemudian, khususnya di masa kini di Abad XXI Masehi ini, ini juga menjadi salah satu inspirasi dasar gerakan Pluralisme. Termasuk juga dalam Pluralisme Agama bahwa semua agama itu benar, semua agama mengajak ke Surga, semua versi Tuhan adalah benar, maka Tuhan dapat dicapai melalui agama manapun, karena kebenaran itu sebenarnya relatif.
Juga Liberalisme, dengan prinsip kebebasan berpikirnya yang berlebihan (apdahl kemampuan berpikir manusia itu terbatas terutama karena hanya berdasarkan apa yang masuk ke alam pemikirannya saja) termasuk dalam aneka eksperimennya, yang didengung-dengungkan kaum Liberalis, Sekuleris, Pluralis, Spiritualis, Fremasonry, dan sebagainya, entah untuk apa. Kemungkinan menelaah dan menggunakan alam semesta dengan menggunakan akal yang ternyata terbatas kemampuannya itu, menjadi menarik, bagi kaum ini, dan mereka menggunakannya untuk memahami segala hal. Sementara Pluralisme Budaya adalah sangat patut didukung (asalkan tak bertentangan dengan syariat dari Allah Tuhan Semesta Alam) dan adalah fitrahi (alami), konsekuensi wajar dari sunnatullah dan karenanya juga adalah adanya berbagai suku-bangsa, namun beberapa pendapat dari kaum ini antara lain mengatakan bahwa Agama itu (hanya) adalah produk budaya, alias buatan (pemikiran dan fantasi hawa nafsu) manusia (dan Setan), karenanya semua agama itu relatif kebenarannya dan bahkan semua agama itu (dapat saja) benar, alias Pluralisme (kebenaran) Agama. Hal terakhir ini adalah satu hal yang sangat tak perlu didukung, apalagi diamalkan, bagi muslim. Telah dipaparkan sebelumnya, bahwa sebab dari Filsafat, adalah pemikiran akan alam semesta, dan segala hal yang berkaitan dengannya. Maka, misalnya yang terkenal, dalam hal ini, adalah perdebatan di antara mereka sendiri, kaum pemikir-filsuf di masa Yunani Kuno itu, tentang apa sesungguhnya isi dari alam semesta, yang notabene lebih didasarkan kepada sangkaan dan pemikiran menurut mereka secara ‘bebas’ (dengan kata lain juga, lebih-kurang, adalah dengan ‘liar’), tanpa banyak mengindahkan petunjuk aturan dari Tuhan. Kiranya ini juga dapat telah terjadi karena tak cukup ada ilmu-pengetahuan di masanya, sebagai pembanding-penguji kebenarannya, maka pemikiran dapat menjadi liar, rusak, dan merusak. Dan manusia serta lingkungannya pun tak pelak turut menjadi rusak. Kebijaksanaan, atau hikmah, tentu saja, diperlukan dalam menyaringnya. Dan Agama di masa ini, adalah Agama yang mempercayai banyak tuhan, alias Politeisme, dengan aneka Dewanya. Masa sebelum (Pra) Sokrates Ras atau bangsa Yunani merupakan bangsa yang dikenal sejarah kini sebagai yang termasuk yang pertama kali berusaha menggunakan akal secara luas untuk berpikir, selain berbagai bangsa (di wilayah) lain. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan. Perlu pula diingat bahwa Mesir, Mesopotamia, Persia, Cina dan India, adalah juga berbagai pusat peradaban besar dunia di jaman Kuno, bersama Yunani, yang dikenal manusia sekarang, dengan tidak mengesampingkan kemunginan pusat peradaban lain yang disebutkan dalam legenda (yang belum dapat dibuktikan) tentang Atlantis. Hal kebebasan berpikir ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan atau mengklaim bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Klaim atau argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phytagoras (572-500 SM) yang belum murni rasional. Sekte atau Ordonya yang mengharamkan makan biji kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos (mengenai biji kacang itu). Ada tiga filsuf dari kota Miletos di masa Pra Socrates ini yaitu Thales, Anaximander (Anaximandros) dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximander berpendapat “To apeiron” atau yang tak terbatas, sedangkan Anaximenes menunjuk ke udara.
Juga Liberalisme, dengan prinsip kebebasan berpikirnya yang berlebihan (apdahl kemampuan berpikir manusia itu terbatas terutama karena hanya berdasarkan apa yang masuk ke alam pemikirannya saja) termasuk dalam aneka eksperimennya, yang didengung-dengungkan kaum Liberalis, Sekuleris, Pluralis, Spiritualis, Fremasonry, dan sebagainya, entah untuk apa. Kemungkinan menelaah dan menggunakan alam semesta dengan menggunakan akal yang ternyata terbatas kemampuannya itu, menjadi menarik, bagi kaum ini, dan mereka menggunakannya untuk memahami segala hal. Sementara Pluralisme Budaya adalah sangat patut didukung (asalkan tak bertentangan dengan syariat dari Allah Tuhan Semesta Alam) dan adalah fitrahi (alami), konsekuensi wajar dari sunnatullah dan karenanya juga adalah adanya berbagai suku-bangsa, namun beberapa pendapat dari kaum ini antara lain mengatakan bahwa Agama itu (hanya) adalah produk budaya, alias buatan (pemikiran dan fantasi hawa nafsu) manusia (dan Setan), karenanya semua agama itu relatif kebenarannya dan bahkan semua agama itu (dapat saja) benar, alias Pluralisme (kebenaran) Agama. Hal terakhir ini adalah satu hal yang sangat tak perlu didukung, apalagi diamalkan, bagi muslim. Telah dipaparkan sebelumnya, bahwa sebab dari Filsafat, adalah pemikiran akan alam semesta, dan segala hal yang berkaitan dengannya. Maka, misalnya yang terkenal, dalam hal ini, adalah perdebatan di antara mereka sendiri, kaum pemikir-filsuf di masa Yunani Kuno itu, tentang apa sesungguhnya isi dari alam semesta, yang notabene lebih didasarkan kepada sangkaan dan pemikiran menurut mereka secara ‘bebas’ (dengan kata lain juga, lebih-kurang, adalah dengan ‘liar’), tanpa banyak mengindahkan petunjuk aturan dari Tuhan. Kiranya ini juga dapat telah terjadi karena tak cukup ada ilmu-pengetahuan di masanya, sebagai pembanding-penguji kebenarannya, maka pemikiran dapat menjadi liar, rusak, dan merusak. Dan manusia serta lingkungannya pun tak pelak turut menjadi rusak. Kebijaksanaan, atau hikmah, tentu saja, diperlukan dalam menyaringnya. Dan Agama di masa ini, adalah Agama yang mempercayai banyak tuhan, alias Politeisme, dengan aneka Dewanya. Masa sebelum (Pra) Sokrates Ras atau bangsa Yunani merupakan bangsa yang dikenal sejarah kini sebagai yang termasuk yang pertama kali berusaha menggunakan akal secara luas untuk berpikir, selain berbagai bangsa (di wilayah) lain. Kegemaran bangsa Yunani merantau secara tidak langsung menjadi sebab meluasnya tradisi berpikir bebas yang dimiliki bangsa Yunani. Menurut Barthelemy, kebebasan berpikir bangsa Yunani disebabkan di Yunani sebelumnya tidak pernah ada agama yang didasarkan pada kitab suci. Sedangkan Livingstone berpendapat bahwa adanya kebebasan berpikir bangsa Yunani dikarenakan kebebasan mereka dari agama dan politik secara bersamaan. Perlu pula diingat bahwa Mesir, Mesopotamia, Persia, Cina dan India, adalah juga berbagai pusat peradaban besar dunia di jaman Kuno, bersama Yunani, yang dikenal manusia sekarang, dengan tidak mengesampingkan kemunginan pusat peradaban lain yang disebutkan dalam legenda (yang belum dapat dibuktikan) tentang Atlantis. Hal kebebasan berpikir ini terjadi pada tahap permulaan, yaitu pada masa Thales (640-545 SM), yang menyatakan atau mengklaim bahwa esensi segala sesuatu adalah air, belum murni bersifat rasional. Klaim atau argumen Thales masih dipengaruhi kepercayaan pada mitos Yunani. Demikian juga Phytagoras (572-500 SM) yang belum murni rasional. Sekte atau Ordonya yang mengharamkan makan biji kacang menunjukkan bahwa ia masih dipengaruhi mitos (mengenai biji kacang itu). Ada tiga filsuf dari kota Miletos di masa Pra Socrates ini yaitu Thales, Anaximander (Anaximandros) dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximander berpendapat “To apeiron” atau yang tak terbatas, sedangkan Anaximenes menunjuk ke udara.
Thales juga berpendapat bahwa Bumi ini terletak di atas air. Tentang Bumi, Anaximander mengatakan bahwa Bumi ini persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan, ia berpendapat bahwa semua makhluk hidup berasal dari air, dan bentuk hidup yang pertama adalah Ikan. Dan manusia pertama itu tumbuh dalam perut Ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagad raya. Udara di alam semesta, adalah ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
Filsuf berikutnya yang cukup perlu diperkenalkan, ditelaah, adalah Pythagoras. Ajaran-ajarannya yang pokok adalah, pertama, bahwa jiwa itu menurutnya tidak dapat mati. Menurutnya, sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu mati, jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari Reinkarnasi itu. Kedua, dengan penemuannya akan interval-interval (jarak) utama dari berbagai nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum matematis. Bahkan katanya, segala-galanya di jagad raya ini adalah berupa bilangan. Ketiga, mengenai Kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagad raya bukanlah Bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari sebuah rumah.
Sejaman dengan Pythagoras ada Filsuf Yunani yang bernama Heracleitos di kota Ephesos dan ia menyatakan bahwa api sebagai dasar segala sesuatu. Api adalah lambang perubahan, karena api menyebabkan kayu atau bahan apa saja berubah menjadi abu sementara apinya sendiri tetap menjadi api. Heracleitos juga berpandangan bahwa di dalam dunia alamiah tidak sesuatupun yang tetap. Segala sesuatu yang ada sedang menjadi. Pernyataannya yang masyhur adalah “Pantarhei kai uden menei”, yang artinya adalah bahwa semuanya di dunia ini mengalir, dan tidak ada sesuatupun yang tinggal tetap.
Filsuf Yunani pertama yang disebut sebagai peletak dasar Metafisika adalah Parmanides. Parmanides berpendapat bahwa “yang ada itu memanglah ada, dan yang tidak ada itu memanglah tidak ada“. Konsekuensi dari pernyataan ini adalah bahwa “yang ada” itu:
1. Satu dan tidak terbagi,
2. Kekal, tidak mungkin ada perubahan,
3. Sempurna, tidak bisa ditambah atau diambil darinya,
4. Mengisi segala tempat, akibatnya tidak mungkin ada gerak sebagaimana klaim Herakleitos. Para filsuf tersebut dikenal sebagai filsuf Monisme yaitu pendirian bahwa realitas seluruhnya bersifat satu karena terdiri dari satu unsur saja.
Para Filsuf berikut ini dikenal sebagai filsuf Pluralis, karena pandangannya yang menyatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur. Filsuf Empidokles menyatakan bahwa realitas terdiri dari empat Rizomata (akar) yaitu api, udara, tanah dan air. Perubahan-perubahan yang terjadi di alam dikendalikan oleh dua prinsip yaitu cinta (Philotes) dan benci (Neikos). Empidokles juga menerangkan bahwa pengenalan (manusia) berdasarkan prinsip yang sama mengenal yang sama.
Pluralis yang berikutnya adalah Anaxagoras, yang mengatakan bahwa Realitas terdiri dari sejumlah tak terhingga Spermata (benih). Berbeda dari Empidokles yang mengatakan bahwa setiap unsur hanya memiliki kualitasnya sendiri seperti api itu adalah (berkualitas) panas dan air itu adalah basah, Anaxagoras mengatakan bahwa segalanya terdapat dalam segalanya. Karena itu rambut dan kuku, menurutnya, dapat tumbuh dari daging. Perubahan yang membuat benih-benih menjadi kosmos hanya berupa satu prinsip yaitu Nous yang berarti roh atau rasio. Nous tidak tercampur dalam benih-benih, dan Nous ini mengenal serta mengusai segala sesuatu. Karena itu, Anaxagoras dikatakan sebagai filsuf pertama yang membedakan antara “yang ruhani” dan “yang jasmani”. Pluralis Leukippos dan Demokritos juga disebut sebagai filsuf atomis. Filsafat Atomis (Atomisme) mengatakan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang tak dapat dibagi-bagi lagi, karenanya unsur-unsur terakhir ini disebut atomos (atau sesuatu yang terkecil yang tak dapat dibagi-bagi lagi). Lebih lanjut dikatakan bahwa atom-atom dibedakan melalui tiga cara: (seperti A dan N), urutannya (seperti AN dan NA) dan posisinya (seperti N dan Z). Jumlah atom itu tidak berhingga dan tidak mempunyai kualitas, sebagaimana pandangan Parmanides bahwa atom-atom tidak dijadikan dan kekal. Tetapi Leukippos dan Demokritos menerima ruang kosong sehingga memungkinkan adanya gerak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa realitas seluruhnya terdiri dari dua hal: yang penuh yaitu atom-atom dan yang kosong. Menurut Demokritos jiwa juga terdiri dari atom-atom. Menurutnya proses pengenalan manusia tidak lain sebagai hasil interaksi antar atom itu. Setiap benda mengeluarkan eidola (gambaran-gambaran kecil yang terdiri dari atom-atom dan berbentuk sama seperti benda itu). Eidola ini masuk ke dalam panca indra dan disalurkan kedalam jiwa yang juga terdiri dari atom-atom eidola. Kualitas-kualitas yang manis, panas, dingin dan sebagainya, semua hanya berkuantitatif belaka. Atom jiwa bersentuhan dengan atom licin menyebabkan rasa manis, persentuhan dengan atom kesat menimbulkan rasa pahit sedangkan sentuhan dengan atom berkecepatan tinggi menyebabkan rasa panas, dan seterusnya, dan sebagainya.
Masa Athena hampir bersamaan dengan masa Filsafat Atomis, muncul para Filsuf yang mengalihkan obyek pemikiran manusia dari alam semesta, ke arah pemikiran tentang manusia sendiri. Para Filsuf ini disebut sebagai kaum Sofis (Sophis) yang dipelopori oleh Protagoras (485-420 SM). Menurutnya, segala fenomena menjadi relatif bagi subyektifitas manusia. Ia mengklaim manusia sebagai ukuran kebenaran dengan istilah “homo mensura”.
Kaum Sofis berpendapat bahwa manusia menjadi ukuran kebenaran. Maka menurut mereka tidak ada kebenaran yang berlaku secara universal, kebenaran itu hanya berlaku secara individual alias relatif. Mereka menggunakan retorika, berbagai argumen, alasan, sebagai alat utama untuk mempertahankan kebenaran. Tidak adanya ukuran kebenaran yang bersifat umum berdampak negatif, yaitu terciptanya kekacauan tentang kebenaran, semua teori pengetahuan diragukan, serta kepercayaan dan doktrin agama diabaikan. Filsafatnya disebut Filsafat Relativisme (Sofisme Yunani Kuno).
Kaum Sofis berpendapat bahwa manusia menjadi ukuran kebenaran. Maka menurut mereka tidak ada kebenaran yang berlaku secara universal, kebenaran itu hanya berlaku secara individual alias relatif. Mereka menggunakan retorika, berbagai argumen, alasan, sebagai alat utama untuk mempertahankan kebenaran. Tidak adanya ukuran kebenaran yang bersifat umum berdampak negatif, yaitu terciptanya kekacauan tentang kebenaran, semua teori pengetahuan diragukan, serta kepercayaan dan doktrin agama diabaikan. Filsafatnya disebut Filsafat Relativisme (Sofisme Yunani Kuno).
Keseenak-klaiman Kaum Sofis mendapat imbangannya dalam diri seorang alim (berilmu) yang disebut para pemerhati-penggemar Filsafat sebagai guru teladan sepanjang jaman (the greatest teacher of all time) yang bernama Socrates (470-399 SM). Socrates tidak menerima kepercayaan yang diabdikan pada sejumlah berhala, sebab baginya Tuhan adalah tunggal. Menurutnya, kebenaran umum itu ada, yaitu kebenaran yang dapat diterima setiap orang, kebenaran sesungguhnya, yang sejati. Pemikiran tersebut dilanjutkan oleh Plato (429-348 SM), muridnya. Bagi Plato, kebenaran umum itu memang ada; namanya adalah Idea atau Ide. Maka dalam Idealisme metafisiknya, Tuhan adalah realitas yang tertinggi dan paling sempurna. Tuhan tidak menciptakan sesuatu dari yang tidak ada, tetapi dari sesuatu yang disebut “Dzat Primordial” yang berisikan seluruh unsur asli alam. Selanjutnya, muncul Aristoteles (384-322 SM) yang meyakini Tuhan yang monoteistik (Satu Tuhan atau Tauhid) dan meyakini kekekalan jiwa manusia. Sampai periode ini, agama dan filsafat sama-sama dominan di Yunani.
Maka dalam buku ”Filsafat Umum” oleh Prof. Ahmad Tafsir (banyak sumber penulisan tentang berbagai macam Filsafat di naskah ini berasal dari buku ini pula), contoh telaah pemikiran relatif dari Filsafat Relativisme Sofistik Yunani adalah:
Klaim Thales tentang alam semesta, dalam menjawab pertanyaan ”Apakah isi alami dari alam semesta?” Jawabannya karenanya adalah, ”Air! ”.
Klaim Anaximander tentang pertanyaan yang sama, yang adalah bahwa, “Substansi pertama, yaitu udara, telah ada dengan sendirinya”. Klaim Heracleitos bahwa, “Berdasarkan intuisi(nya), alam (itu) selalu berubah”.
Di luar klaim ini, ada tokohnya yang lain yang bernama Parmanides, yang bersandarkan kepada pemanfaatan logika dan deduksi logis (primitif).
Sementara itu, Filsuf yang bernama Zeno, masih menekankan pada telaah Filsafat Relativisme dan karenanya mengaminkan Relativisme kebenaran.
Sementara itu, Filsuf yang bernama Zeno, masih menekankan pada telaah Filsafat Relativisme dan karenanya mengaminkan Relativisme kebenaran.
Tokohnya yang mungkin paling terkemuka adalah Socrates (384-322 SM).
Socrates dapat dikatakan adalah seorang moralis yang tidak sepenuhnya mendasarkan diri pada Akal, namun juga membangun pemahamannya melalui eksplorasi Hati, dan ia tidak mau percaya pada relativitas kebenaran.
Socrates dapat dikatakan adalah seorang moralis yang tidak sepenuhnya mendasarkan diri pada Akal, namun juga membangun pemahamannya melalui eksplorasi Hati, dan ia tidak mau percaya pada relativitas kebenaran.
Maka Socratespun menegaskan bahwa, “Tidak semua kebenaran relatif, melainkan ada kebenaran sejati secara umum atau obyektif”. Di sini, Socrates telah selangkah lebih maju daripada rekan-rekan sejawatnya, mencoba menelaah alam dan potensinya dengan lebih seimbang. Dia, menurut kaum Filosof Barat, lebih religius. Bahkan ada yang berspekulasi bahwa Socrates adalah seorang Nabi. Wallohua’lam. Murid Socrates, Plato, adalah pencetus Filsafat Teosentris atau Platonisme, yaitu sebuah pemahaman bahwa semuanya berpusat kepada Tuhan, dan kebenaran itu karenanya, sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada Tuhan. Dia pun, seperti gurunya, semakin religius.
Paham Platonisme ini di kemudian hari, di masa Filsafat Kristen, menjadi dasar bangsa Barat (Kristen) dan para Filsuf serta aliran Filsafatnya untuk mengklaim tentang kemutlakan kebenaran ajaran agama mereka (penjelasan tentang ini semua ada di bagian Filsafat Abad Pertengahan) dengan segala argumentasinya. Bahkan kaum Apologetik yang senang mencari berbagai macam cara untuk membenarkan klaim mereka, misalnya kaum Apologetik Gereja, senang bermain-main di antara berbagai paradigma pemikiran, sayangnya tanpa banyak menyadari kiranya, bahwa tak ada pemikiran manusia yang sempurna.
Tokoh Filsafat Sosisme Yunani yang menonjol kemudian, Aristoteles, amat dipengaruhi metode yang kemudian disebut sebagai metode Sistematis Empiris yaitu metode yang mendasarkan keyakinannya hanya kepada pengalaman yang dialami, 23 dalam menelaah sesuatu. Penganut paham ini, tak akan mau mempercayai apapun, tanpa mengalaminya terlebih dulu.
Hal ini, di kemudian hari berabad-abad kemudian, juga menjadi dasar paham yang mengedepankan logika (saja) dalam menelaah apapun, misalnya, paham Rasionalisme, Materialisme, dan tentu saja, Empirisme (penjelasan tentang ini semua ada di bagian Filsafat Modern dari naskah ini), yang menggali inspirasinya antara lain dari Filsafat Yunani Kuno ini, sesudah muak akan kungkungan akan potensi akal pada Masa Abad Pertengahan di bawah kontrol Gereja.
Di masa ini, terutama di Yunani Kuno, yang dipentingkan secara umum adalah penggunaan Akal, walaupun Agama (telaah Hati yang dalam hal ini adalah versi mereka), juga ada. Dapatlah dikatakan karenanya, bahwa dalam masa ‘perang’ berkepanjangan antara Akal dan Hati sepanjang sejarah manusia, pemanfaatan Akal (walaupun secara dominan masih relatif menurut klaim pemikirnya masing-masing), dianggap menang pada masa itu. Pemanfaatan akal dominan di masa ini, namun tetap tidak menjamin kebenaran, karena adanya kecenderungan kepercayaan bahwa kebenaran itu relatif (yakni akibat dari Filsafat Relativisme masa Sofis Yunani Kuno itu). Jadi, dapat dikatakan bahwa agama alam bangsa Yunani masih dipengaruhi misteri yang membujuk pengikutnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa mitos bangsa Yunani bukanlah agama yang berkualitas tinggi. Dan kebenarannya masih relatif, terserah masing-masing pemikir, relatif a la Relativisme, secara rata-rata, kecuali pada Socrates dan muridnya, Plato yang yakin akan adanya kebenaran yang sebenarnya. Dan di masa ini, kita ketahui, juga dipenuhi aneka Mitologi Yunani, termasuk akan aneka makhluk aneh, jejadian, ghaib, beserta Dewa-dewanya, alias paham dan Filsafat Politeisme (percaya akan banyak tuhan dan beribadah kepadanya). Ini menjadi masalah cukup besar di kemudian hari.
- B. Sejarah Filsafat Yunani Kuno
Orang yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang bersumber dari mitos (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan tentang isteri alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional). Keadaan yang demikian ini sebagai suatu demitiologi, artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang sifatnyamitologi.upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan peradaban dunia.
Pelaku filsafat adalah akal dan musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya isi sejarah filsafat. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama menang. Diantara keduanya , dalam sejarah, telah terjadi pergugumulan berebut dominasi dalam mengendalikan kehidupan manusia.
Yang dimaksud dengan akal disini ialah akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira bertempat di dalam dada.akal itulah yang menghasilkan pengethauan logis yang disebut filsafat, sedangkan hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan mistik, iman termasuk disini. Ciri umum filsafat yunani adalah rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis.
Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti alam, dengan istilah mereka: mereka mencari arche alam (archedalam bahasa yunani yang berarti mula, asal).
Terdapat tiga faktor yang menjadikan filsafat yunani ini lahir, yaitu:
1. Bangsa yunani yang kaya akan mitos (dongeng), dimana mitos dianggap sebagai awal dari uapaya orang untuk mengetahui atau mengerti. Mitos-mitos tersebut kemudian disusun secara sistematis yang untuk sementara kelihatan rasional sehingga muncul mitos selektif dan rasional, seperti syair karya Homerus, Orpheus dan lain-lain.
2. Karya sastra yunani yang dapt dianggap sebagai pendorong kelahiran filsafat yunani, karya Homerous mempunyai kedudukan yang sangat penting untuk pedoman hidup orang-orang yunani yang didalamnya mengandung nilai-nilai edukatif.
3. Pengaruh ilmu-ilmu pengetahuan yang berasal dari Babylonia (Mesir) di lembah sungai Nil, kemudian berkat kemampuan dan kecakapannya ilmu-ilmu tersebut dikembangkan sehingga mereka mempelajarinya tidak didasrkan pada aspek praktis saja, tetapi juga aspek teoritis kreatif.
Dengan adanya ketiga faktor tersebut, kedudukan mitos digeser oleh logos (akal), sehingga setelah pergeseran tersebut filsafat lahir.
Periode yunani kuno ini lazim disebut periode filsafat alam. Dikatakan demikian, karena pada periode ini ditandai dengan munculnya para ahli pikir alam, dimana arah dan perhatian pemikirannya kepada apa yang diamati sekitarnya.mereka membuat pertanyaan-pertanyaan tentang gejala alam yang bersifat filsafati (berdasarkan akal pikir) dan tidak berdasarkan pada mitos. Mereka mencari asas yang pertama dari alam semesta (arche) yang sifatnya mutlak, yang berada di belakang segala sesuatu yang serba berubah.
Para pemikir filsafat yunani yang pertama berasal dari Miletos, sebuah kota perantauan Yunani yang terletak di pesisir Asia Kecil. Mereka kagum terhadap alam yang oleh nuansa dan ritual dan berusaha mencari jawaban tas apa ynag ada di belakang semua materi itu.
Tokoh-tokoh pada masa Yunani Kuno antara lain, yaitu:
1) Thales (625-545 SM) 6) Heraclitos (535 – 475 SM)
2) Anaxagoras (±499-20 SM ) 7) Parmenides (540-475 SM)
3) Democritos (460-370 SM) 8) Empledoces (490-435 SM)
4) Pythagoras (± 572-497 SM) 9) Anaximandros (640-546 SM)
5) Xenophanes (570 – ? SM) 10) Zeno (490-430 SM)
1. Thales (625-545 SM)
Nama Thales muncul atas penuturan sejarawanHerodatus pada abad ke-5 SM. Thales sebagai salah satu dari tujuh orang yang bijaksana (Seven Wise Men of Greece). Aristoteles memberikan gelar The Father of Filoshopy.juga menjadi penasihat teknis ke-21 kota lonia. Salah satu jasanya yang besar adalah meramal gerhana matahari pada tahun 585 SM.
Thales berpendapat bahwa dasar pertama atau intisari alam ialah air.
Thales mengembangkan filsafat alam kosmologi yang mempertanyakan asal mula, sifat dasar dan struktur komposisi daria alam semesta. Sebagai ilmuwan pada masa itu ia mempelajari magnetisme dan listrik yang merupakan pokok soal fisika. Juga mengembangkan astronomi dan matematika dengan mengemukakan pendapat, bahwa bulan bersinar karena memantulkan cahaya matahari. Dengan demikian, Thales merupakan ahli matematika yang pertama dan juga The Father of Deductive reasoning (bapak penalaran deduktif).
Dalam sejarah Matematika, Thales dianggap sebagai pelopor geometri abstrak yang didasarkan kepada petunjuk pengukur banjir, yang implementasinya dengan membuktikan dalil-dalil geometri yang salah satunya : bahwa kedua sudut alas dari suatu segitiga sama kaki adalah sama besarnya.Walaupun pandangan –pandangan Thales benyak yang kurang jelas, akan tetapi pendapatnya merupakan percobaan pertama yang masih sanagt sederhana dengan menggunakan rasio(akal pikiran)
2. Anaximandros (640-546 SM)
Anaximandros adalah orang pertama yang mengarang suatu traktat dalam kesusastraan Yunani dan berjasa dalam bidang astronomi, geografi,sehingga ia sebagai orang pertama yang membuat peta bumi.ia berhasil memimpin sekelompok orang yang membuat kota baru di Apollonia, Yuanani.
Anaximandros mengatakan bahwa dasar pertama itu ialah zat yang tak tertentu sifat-sifatnya, yang dinami to apeiron.adapun anaximenes (590-528) mengatakan bahwa intisari alam atau dasarnya pertama adalah udara.karena udaralah ynag meliputi seluruh alam serta udara pulalah yang menjadikan dasar hidup bagi manusia yang mat diperlukan oleh nafasnya.
Anaximander mencoba menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal dan ada dengan sendirinya (Mayer,1950:19).anaximander menagatakan itu udara. Udara merupakan segala sumber kehidupan , demikian alasannya
3. Pythagoras (± 572-497 SM)
Mengenai riwayat hidupnya , ia dilahirkan di pulau Samos, Lonia.tanggal dan tahunnya tidak diketahui pasti. Ia juga tidak meninggalkan tulisan-tulisan sehingga apa yang perlu diketahui Pythagoras diperlukan kesaksian-kesaksian. Menurut Aristoxenos seorang murid Aristoteles, Pythagoras pindah ke kota kroton, Italia Selatan karena tidak setuju dengan pemerintahan Polykrates yang bersifat tirani. Di kota ini ia mendirikan sekolah agama, selama 20 tahun di kroton, kemudian pindah ke Metapontion dan meninggal di kota ini.
Pemikirannya , substansi dari semua benda adalah bilangan dan segala gejala alam merupakan pengungkapan inderawi dari perbandingan-perbandingan matematis. Bilangan merupakan intisari dasar poko dari sifat-sifat benda (Number rules the universe = bilangan memerintah jagat raya).pemikirannya tentang bilangan, ia mengemukakan bahwa setiap bilangan dasar dari 1 sampai 10 mempunyai kekuatan dan arti sendiri-sendiri. Satu adalah asal mula segala sesuatu sepuluh, dan sepuluh adalah bilangan sempurna. Bilangan gasal (ganjil) lebih sempurna daripada bilangan genap dan identik dengan finite (terbatas). Salah seorang penganut Pythagoras mengatakan bahwa tuhan adlah bilangan tujuh, jiwa itu bilangan enam, badan itu bilangan empat.
Pythagoras juga ada sedikit memfilsafatkan manusia, ia mengemukakan pendapat bahwa pada manusia adalah sesuatu yang bukan jasmani dan yang tak dapat mati, yang masih terus ada , jika manusia sudah tak ada. Manusia menurut Pythagoras mempunyai jiwa dan jiwa itu sekarang terhukum dan terkurung dalam badan. Maka dari itu , manusia harus membershkan diri untuk melepaskan dirinya dari kurungan dan dengan demikian dapatlah ia masuk ke dalam kebahagiaan.
Pythagoras yang mengataka pertama kali bahwa alam semesta itu merupakan satu keseluruhan yang teratur, sesuatu yang harmonis seperti dalam musik. Sehingga ia juga dikenal sebagai ahli ilmu pasti dan juga ahli musik. Dia berpendapat bahwa keharmonisan dapt tercapai dengan menggabungkan hal-hal yang berlawanan, seperti :
Terbatas – tak terbatas
Ganjil – genap
Satu – banyak
Laki-laki – perempuan
Diam – gerak
Dan lain-lain
menurut Pythagoras kearifan yang sesungguhnya hanya dimilki oleh Tuhan saja, oleh karenanya ia tidak mau disebut sebagai seorang yang arif seperti Thales, akan tetapi menyebut dirinya philosopos yaitu pencipta kearifan. Kemudian istilah inilah yang digunakan menjadi philosofia yang terjemahan harfiah dalah cinta kearifan atau kebjaksanaan sehingga sampai sekarang secara etimologis dan singkat sederhana filsafat dapat diartikan sebagai cinta kearifan atau kebijaksanaan (Love of Wisdom).
4. Xenophanes (570 – ? SM)
Xenophanes lahir di Xolophon, Asia Kecil. Waktu berumur 25 tahun ia mengembara ke Yunani. Ia lebih tepat dikatakan sebagi penyair dari pada ahli pikir (filosof), hanya karena ia mempunyai daya nalar yang kritis yang mempelajari pemikiran-pemikiran filsafat pada saat tu. Namanya menjdai terkenal arena untuk pertama kalinya ia melontarkan anggapan bahwa adanya konflik antara pemikiran filsafat (rasional)dengan mitos.
Pendapatnya yan termuat dalam kritik terhadap Homerus dan Herodotus, ia membantah adanya antromorfosisme Tuhan-Tuhan, yaitu Tuhan diganbarkan sebagai (seakan-akan) manusia. Karena manusia selalu memilki kecendrungan berfikir dan lain-lainnya. Ia juga membantah bahwa Tuhan bersifat kekal dan tidak mempunyai permulaan. Ia juga menolak anggapan bahwa Tuhan mempunyai jumlah yang banayk dan menekankan atas keeasaan Tuhan. Kritik ini ditujukan kepada anggapan-anggapan lama yang berdasarkan pada mitologi.
5. Heraclitos (535 – 475 SM)
Heraclitos lahir di Epesus, sebuah kota perantauan di Asia Kecil dan merupakan kawan dari Pythagoras dan Xenophanes, akan tetapi ia lebih tua. Ia mendapat julukan si gelap karena untuk menulusuri gerak pemikirannya sangat sulit. Hanya dengan melihat fragmen-fragmennya , ia mempunyai kesan hati yang tinggi dan sombong , sehingga ia mudah mencela kebanyakan manusia untuk mengatakan jahat dan bodoh, juga mencela orang –orang yang terkemuka di Yunani.
Pemikiran filsafatnya terkenal dengan filsafat menjdai. Ia mengemukakan bahwa segala sesuatu (yang ada itu) sedang menjadi dan selalu berubah. Sehingga ucapannya yang terkenal : Panta rhei kai uden menci yang artinya segala sesuatunya mengalir bagaikan arus sungai dan tudak satu orangpun yang dapat masuk ke sungai dua kali. Alsannya, karena air sungai yang pertama telah mengalir , berganti dengan air yan berada di belakanganya. Demikian juga dengan segala yang ada, tidak ada yang tetap, semuanya berubah. Akhirnya dikatakan bahwa hakikat dari segala sesuatu adalah menjadi, maka filsafatnya dikatakan filsafat menjadi.
Menurut Heraclitos alam semesta ini sealu dalm keadaan berubah , sesuatu yang dingin berubah menjadi panas, yang panas berubah menjadi dingin. Itu berarti kita hendak memahami kehidupan kosmos, kita meati menyadari bahwa kehidupan kosmos itu dinamis. Kosmos itu tidak pernah berhenti (diam), ia selalu bergerak, dan bergerak berarti berubah. Gerak itu menghasilkan perlawanan-perlawanan . itulah sebabnya ia sampai pada kongkulasi bahwa yang mendasar dalam alam semesta ini bukanlah baha (stuff)-nya seperti yang dipertanyakan oleh para filosof yang pertama itu, melainkan prosesnya (Warner, 1961:28). Penyataan “semua mengalir” berarti semua berubah bukanlah pernayatan yang sederhana. Implikasi pernyataan tersebut amat hebat. Dan tu mengandung pengertian bahwa kebenaran seallau berubah, tidak tetap. Pengertian adil pada hari ini belum tentu masih benar besok. Hari ini 2 x 2 = 4 namun besok dapat juga bukan empat. Pandangan ini merupakan warna dasar flsafat sofisme. Menurut pendapatnya, di alam arche terkandung sesuatu yang hidup (seperti roh ) yang disebut sebagai logos ( akal atau semacam wahyu) . logos inilah yang menguasai sekaligus mengendalikan keberadaan segala sesuatu. Hidup manusia akan selamat sesuai dengan logos.
6. Parmenides (540-475 SM)
Parmenides lahir di kota Elea, kota perantauan Yunani di Italia Selatan, Arena. ia di lahirkan di Elea, maka penganutnya disebut kaum Elea. Kebesarannya sama dengan kebesaran Heraclitos. Ia lah yang pertama kali memikirkan tentang hakikat tentang ada (being).
Parmanides adalah salah seorang tokoh relativusme yang penting. Dikatakan sebagai logikawan pertama dalam sejarah filsafat, bahkan dapat disebut filosof pertama dalam pengertian modern. Sistemnya secara keseluruhan disandarkan pada dedukasi logis, tidak seperti Heraclitos, misalnya, yang menggunakan metode intuisi. Ternyata plato amat menghargai metode parmenides itu. Dan Plato lebih banyak mengambil dari Parmenides dibandingkan dengan dari filosof yang lain pendahulunya.
Ia berpendapat bahwa hanya pnegetahuan ynag tetap dan umum yang mengenai yang satu sajlaah (pengetahuan budi) yang dapat dipercaya. Pengetahuan budi itulah yang dapat dipercayai, kalau ia benar maka sesuailah ia dengan realitas. sebab itu yang merupakan realitas bukanlah yang berubah dan bergerak serta beralih dan bermacam-macam, melainkan yang tetap. Realitas bukanlah yang menjadi melainkan ada. Hal ini berbeda dengan pendapat Heraclitos yaitu bahwa realitas adalah gerak dan perubahan.
Dalam The way of Truth Parmanides bertanya: Apa standar kebenaran dan apa ukuran realitas? Bagaimana hal itu dapat dipahami? ia menjawab : ukurannya ialah logika yang konsisten. Contoh. Ada 3 cara berfikir tentang Tuhan : pertama ada, kedua tidak ada, dan ketiga ada dan tidak ada. Yang benar ialah ada (1) tidak mungkin meyakini yang tidak ada (2) sebagai ada karena ayng tidak ada pastilah tidak ada. Yang (3) tidak mungkin karena tidak mungkin Tuhan itu ada dan sekaligus tidak ada. Jadi, benar-tidaknya suatu pendapat diukur dengan logika. Disinilah muncul masalah. Bentuk ekstrem pernyataan itu adalah bahwa ukuran kebenaran adalah akal manusia.
Yang ada (being) itu ada, yang ada tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan yang tidak ada tidak mungkin muncul menjadi ada, yang tidak adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan. Yang dapat dipikirkan adalah hanyalah yang ada saja sedangkan yang tidak ada tidak dapat dipikirkan. Jadi, yang ada (being) itu satu, umum, tetap dan tidak dapat dibagi-bagi. Karena membagi yang ada akan menimbulkan atau melahirkan banyak ada, dan itu tidak mungkin.yang ada dijadikan dan tidak dapat musnah.yang ada di segala tempat, oleh karenanya tidak ada ruangan yang kosong , maka di luar yang ada masih ada sesuatu yang lain.
7. Zeno (± 490-430 SM)
Zeno lahir di Elea , dan murid dari Parmenides. Sebagai murid ia dengan gigih mepertahankan ajaran gurunya dengan cara memberikan argumentasi secara baik sehingga kemudian hari ia dianggap sebagai peletak dasar dialektika.
Menurut Aristoteles, Zeno lah yang menemukan dialektika yaitu suatu argumentasi yang bertitik tolak dari suatu pengandaian ayau hipotesa, dan dari hipotesa tersebut ditarik suatu kesimpulan. Dalam melawan penentang-penentangnya kesimpulan yang diajukan oleh Zeno dari hipotesa yang diberikan adalah suatu kesimpulan yang mustahil, sehingga terbukti bahwa hipotesa itu salah.
Sebagai contoh dalam mengemukakan hipotesis terhadap melawan gerak :
a. Anak panah yang dilepaskan dari busurnya sebagi hal yang tidak bergerak, karena pada setiap saat panah tersebut berhenti di suatu tempat tertentu. Kemudian dari tempat tersebut bergerak ke suatu tempat pemberhentian yang lain dan seterusnya.. memang dikatakan anak panah tersebut meleset hingga sampai pada yang dituju, artinya perjalanan anak panah tersebut sebenarnya merupakan kumpulan pemberhentian-pemberhentian anak panah.
b. Achilles si jago lari yang termasyur dalam mitologi Yunanitdak dapat menang melawan kura0kura, karena kura-kura berangat sebelum Achilles, sehingga Achileslebih dahulu harus melewati atau mencapai titik dimana dimana kura-kura berada pada saat ia berangkat.setelah Archles berada pada suatu titik, kura-kura tersebut sudah lebih jauh lagi seterusnya sehingga jarak antara Achiles dan kura-kura selalu berkurang akan tetapi idak pernah habis.
Argumentasi Zeno ini selama 20 abad lebih tidak dapat dipecahkan orang secara logis. Baru dapat dipecahkan setelah para ahli matematika membuat pengertian limit dari seri tak terhingga.
8. Empedocles (490-435 SM )
Lahir di Akragos, Pulau Sicilia, ia sangat dipengaruhi oleh ajaran kaum Ptagorean dan aliran keagamaan refisme. Ia pandai dalam bidang kedokteran, penyair retorika, politik dan pemikir. Ia menulis karyanya dalam bentuk puisi , seperti Parmenides.
Dalam bukunya tentang alam dikatakan oleh Empedocles bahwa sebenarnya tak ada menjadi dan hilang, ia mengikuti Parmenides. Adapun perbedaan dalam seluruh keadaan itu tak lain adalah daripada campuran dan penggabungan unsur-unsur (rizomata) : air. Udara. Api, dan atnah. Keempat unsur inilah yang merupakan dasar terakhir dari segala sesuatu. Prosese penggabungan ini terpelihara oleh dua kekuatan yang saling bertentangan, yaitu cinta dan benci. Karena cinta maka pada mulanya keempt unsur tersebut tersusun dalam keseimbangan , adapun bencilah yang mencerai beraikan keseimabangan yang semula itu. Cinta lalu mengambil tindakan dan mengembalikan yang semula.tetapi dicerai beraikan lagi oleh benci. Penegtahuan tidak lain daripada proses pergabungan : karena tergabung dengan tanah, kita tahu akan tanah, tergabung dengan air kta tahu akan air.
Dengan demikian, dalam kejadian di alam semesta ini, unsur cinta dan benci selalu menyertai. Juga, proses penggabungan dan penceraian tersebut berlaku untuk melahirkan anak-anak makhluk hidup. Sedangakn manusia pun terdiri dari empat unsur (api, udara, tanah dan air) juga mengenal akan empat unsur. Hal ini karena teori pnegenalan yang dikemukakan oleh Empedocles bahwa yang sama mengenal yang sama.
9. Anaxagoras (±499-20 SM )
Ia dilahirkan di kota Klazomenai, Lonia, kemudian menetap di Athena selama 30 tahun. Anaxagoras adalah ahli pikir yang pertama yang berdomisili di Athena , dimana dikemudia hari Athena inlah menjadi pusat utana perkembangan filsafat yunani samapi abad ke 2 SM.
Pemikirannya, realitas bukanlah satu , akan tetapi terdiri dari banyak unsur dan tidak dapat dibagi-bagi, yaitu atom. Atom ini sebagai bagian dari materi yang terkecil dari materi sehingga tidak dapat terlihat dan jumlahnya tidak terhingga.
Tentang terbentuknya dunia (kosmos), atom-atom yang berbeda bentuknya saling terkait, kemudian digerakkan oleh puting beliung. Semakin banyak atom yang bergerak akan menimbulkan pusat gerak atom (atom yang padat).yang disebut realitas seluruhnya adalah sebagai suatu campuran yang mengandung semua benih-benih . di dalam tiap benda mengandung benih. Indera kita tidak dapat melihat semua benih yang ada di dalamnya. Hanya bisa melihat benih yang dominan. Misalnya, kita melihat emas ( yang telihat emas, karena warna kuning yang dominan), walaupun benih-benih yang lain seperti perak, besi, tembaga terdapat didalamnya.
Pemikirannya tentang nus, bahwa apa yang dikemukakan oleh Empedocles tentang cinta dan benci yang menyebabkan adanya penggabungan dan penceraian, maka Anaxagros mengemukakan yang menyebabkan benih-benih menjadi kosmos adalah nus, yang berarti roh atau rasio, tidak tercampur dengan benih-benih dan terpisah dari semua benda. Oleh karena ajrannya tentang nus inilah Anaxagoras untuk pertama kalinya dalam filsafat dikenal adanya perbedaan antara jasmani dan yang rohani.
10. Democritos (460-370 SM)
Ia lahir di kota Abdera di pesisir Thrake di Yunani Utara. Karena ia berasal dari keluarga yang kaya raya, maka dengan kekayaannya itu ia bepergian ke Mesir dan negeri –negeri Timur lainnya. Dari karya-karyanya ia telah mewariskan sebanyak 70 karangan tentang bernacam-macam masalah seperti, kosmologi, matematika, astronomi, logika, etika, teknik, mesin, puisi dan lain-lain. Sehingga ia dipandang sebagai seorang sarjana yang menguasai banyak bidang.
Pemikirannya, bahwa realitas bukanlah satu, tetapi terdiri dari banyak unsur dan jumlahnya tak terhingga. Unsur-unsur tersebut merupakan bagian materi yang sangat tidak dapt dibagi-bagi lagi. Unsur tersebut dikatakan sebagai atom yang berasal dari satu dari yang lain karena ini tidak dijadikan dan tidak dapat dimusnahkan, tidak berubah dan tidak berkualitas
Menurut pendapatnya, atom-atom itu selalu bergerak, berarti harus ada ruang yang kosong. Sebab satu atom hanya dapat bergerak dan menduduki satu tempat saja. Sehingga Democratos berpendapat bahwa realitas itu ada dua, yaitu : atom itu sendiri (yang patuh) dan ruang tempat atom bergerak (kosong).
Democritos pun membedakan adanya dua macam pengetahuan, yaitu pengetahuan indera yang keliru dan pengetahuan budi yang sebenarnya.”ada dua pengetahuan katanya, pengetahuan yang sebenarnya dan pengetahuan yang tidak sebenarnya. Adapun yang tidak sebenanya adalah penglihatan, penciuman, rasa”
KESIMPULAN
Kelahiran pemikiran Filsafat Barat diawali pada abad ke-6 sebelum Masehi, yang diawali oleh runtuhnya mite-mite dan dongeng-dongeng yang selama ini menjadi pembenaran terhadap setiap gejala alam. Orang Yunani yang hidup pada abad ke-6 SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Dalam sejarah filsafat biasanay filsafat yunani dimajukan sebagai pangkal sejarah filsafat barat, karena dunia barat (Erofa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada pemikiran yunani.
Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya apakah sebetulnya alam itu. Ciri yang menonjol dari Filsafat Yunani Kuno di awal kelahirannya adalah ditunjukkannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai ikhtiar guna menemukan suatu (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya segala gejala.
DAFTAR PUSTAKA
Muzairi, M.Ag, Filsafat Umum, (Yogjakarta: Teras, 2009).