IP Addressing is Easy…


Back to bassssic guys…this article is to my little brothers out there who are still learning in computer network…
===================================
The question isapa itu IP?
IP address itu adalah sistem pengalamatan komputer…

Maksudnya? Klo komputer (ato alat2 yang bisa berkomunikasi di dunia jaringan komputer) mau “say hi” ke komputer lain…mereka harus tau alamatnya dooong
Lets take a look at this analogy

Dari melihat percakapan diatas kita tau…si penjawab ada di wilayah Jakarta, nomor rumahnya 123 di bojong kenyot
But how the computer works that way???

Agar alat yang satu bisa berkomunikasi dengan alat yang lain di dunia jaringan komputer…mereka perlu bahasa, tentunya dengan bahasa yang sama
Ga mungkin kan gw ngomong sama elo pake bahasa Indonesia terus lo jawab pake bahasa Swahili *haha ga nyambung blas*
Bahasa dalam dunia komputer disebut Protocol
Protocol untuk bisa berkomunikasi dari satu device ke device yang lain itu ada banyak, sama seperti bahasa…ga cuma bahasa inggris doang yang terkenal…Ada juga prancis, arab, mandarin, spanyol, dll
Begitu pula di dunia jaringan komputer…ada AppleTalk, ada IPX, ada DECNET, ada IP…
Hey…I know that last name…”IP”…that is Internet Protocol right? Yup…anda betoeel
Sama nasibnya seperti bahasa inggris…bahasa komunikasi jaringan komputer “mengerucut” kedalam 1 bahasa universal…”IP
=================================================
IP (Internet Protocol)

Metode IP inilah “bahasa”(protocol) dari alat2 di jaringan komputer untuk mengenali alamat satu sama lain
IP itu terdiri dari 32 bit…
Maksudnya 32 bit? Beginilah awal mula kisahnya
Dunia jaringan komputer yang kita kenal itu semuanya berbentuk digital
Sedangkan sistem digital itu dibentuk oleh 0 (nol) dan 1 (satu) alias ada atau tidak ada, ada listrik masuk atau tidak ada listrik masuk, burned atau unburned (istilah dalam CV/DVD), dll
Metode 0 (nol) dan 1 (satu) ini disebut bilangan biner (binary number…0 or 1)
Nah, bit itu dibangun berdasarkan bilangan biner atau kalo mau dibalik…kumpulan dari bilangan biner inilah yang disebut bit, Byte (8 bit = 1 Byte), kilobit, kilobyte, mega..giga..tera, and so on. 32 bit berarti jumlah 0 atau 1 nya ada 32 buah
eh…lu kan mau jelasin binary number, gw kaga ngerti…bisa kaga bit ini dijadiin “sesuatu” yang gw ngerti, bilangan decimal misalnya? bisa…istilah “biner” ini kita akan konversi ke decimal
binary desimal

Uuummhh…

I know…I know…ada cara cepetnya kok
Karena bit itu PASTI salah satu dari 0 atau 1 (2 variabel), maka rumusnya adalah:

angka “1″ (satu) dalam format binary yang berjumlah 2 atau 3 buah (110 atau 111) aja sudah bisa menghasilkan bilangan desimal 6 dan 7 (liat di tabel konversi diatas), apa lagi yang “panjangnya” sampe 8,9, sampe terakhir 32….
  • 2^8 = 256
  • 2^9 = 512
  • …sampe…
  • 2^32 = 4.294.967.296
Kesimpulannya…IP yang 32 bit itu sanggup bikin 4 milyar alamat untuk masing2 alat di dunia jaringan komputer dengan memakai metode binary
OoOoO…ngerti gw !! bagus lah klo ngerti

Masing2 bagian disebut octet (jadi minimum ada 8 buah angka 0 atau maksimum 8 buah angka 1 dalam sebuah octet)
Gunanya apa ini oktet? To explain this…lets move to the next sub-topic
=================================================
Locating the Host and the Network

Seperti dalam gambar di paling atas…ketika disampaikan “Jakarta, jalan XYZ kelurahan bojong kenyot no. 123“…
Lo akan langsung tau dimana wilayah tempat dia tinggal, jalan apa, nomor rumah berapa
Nah…bagaimana komputer juga melakukan hal itu?
  • Bagaimana komputer tau dimana kelurahan dia, plang jalannya, dan nomor rumahnya
  • Bagaimana komputer tau dia “ngobrol” dengan tetangga satu kelurahannya
  • Bagaimana komputer tau dia bisa “ngobrol” dengan temannya di luar kelurahannya/provinsinya
  • Satu lagi yang ga kalah penting, bagaimana komputer tau, untuk bisa “ngobrol” ke luar provinsi…dia harus “menghubungi” siapa
Untuk point yang pertama dan kedua jawabannya adalah SUBNET MASK

Hampir semua tau dimana letak settingan IP berada (tergantung dari sistem operasi yang digunakan)
But if you use windows and you don’t know where the settings are (for God Sake?!?!)
…here’s the little trick for you…type ncpa.cpl in start menu (or in “cmd” mode), that does the wonder ;)

BACK TO THE TOPIC…

Gimana cara nge-cek nya?? Dengan membandingkan IP dia (source) dan tujuan (destination) dengan subnet mask, melalui “penjumlahan biner


  1. Karena komputer kenalnya binary (0 atau 1), maka kita harus konversi IP kita ke binary
  2. Penjumlahan biner itu konsepnya
    • 1 + 1 = 1
    • 0 + 1 = 0 atau 0 + 0 = 0
  3. Hasil dari penjumlahan biner itu untuk mengetahui…dia ada di wilayah mana (baca: network mana), wilayah 192.168.1.0
  4. baru dari situ dia akan ngecek tetangga, satu komplek/kelurahan ga sama dia, klo engga…apa langkah selanjutnya…
Bro…ga ngerti penjumlahan biner konsepnya, gini….anggeplah angka 1 (satu) itu listrik…
listrik ketemu listrik jadinya listrik kan??? Iya…that’s why 1+1=1
klo listrik ketemu non-listrik (ketemu karet misalkan)…ga jadi listrik kan? Iya..

apa lagi karet ketemu karet…masa iya jadi thunderstorm…

That’s why 0+1 or 0+0 equal 0
Trus cara konversi decimal ke binary (dan sebaliknya) gimana?
Liat aja rumusnya…


Nah, begitu pula pas dia nge-cek PC-B (IP 192.168.1.2)
Berdasarkan kalkulasi PC-A…dia dan PC-B masih satu kelurahan…bisa say hello nih (orang jaringan komputer biasa nyebutnya “PING“)


SUBNET MASK = metode device untuk membedakan mana bit untuk network, mana bit untuk host didalam jaringan komputer
(singkat kata…untuk ngeliat dia ada di network mana)

Angka decimal 255 dalam binary adalah 1111 1111 (itung aja sendiri klo ga percaya)
Karena IP sistem-nya per-oktet, 1 oktet kan 8 bit…hanya sanggup nampung maksimum 8 “angka” 1 dalam oktet
Itu sebabnya angka maksimumnya dari IP adalah 255.255.255.255 (minimumnya adalah 0.0.0.0)
0.0.0.0 disebut default route (klo komputer/device di jaringan komputer ga tau mau lewat mana ketika ngirim data, biasanya lewat sini)
255.255.255.255 disebut IP broadcast (biasanya klo komputer kita ga punya IP trus request spesifik IP dari server yang bisa ngasi IP: DHCP Server)
*DHCP = Dynamic Host Configuration Protocol
Nah klo ada orang nulis 192.168.1.0 /24…”/24″ itu adalah jumlah bit network

coba liat gambar diatas…angka “1″ dalam biner-nya subnet mask ada berapa?? Pinterrr wkwkw
Sistem “/” (slash) disamping nomor IP disebut Prefix Mask
Buat apa prefix mask? Simple…cape nulis 255…255…255 mulu

Area dimana device2 berada didalam kelurahan (network segment) yang sama disebut LAN (Local Area Network)

Sekarang pertanyaannya adalah…PC A pake IP 192.168.1.1/24 dan Laptop B pake IP 192.168.2.2/24

Bisa ga tu 2 device saling komunikasi? Jawabannya ga bisa, liat gambar dibawah

Trus, klo gw mau itu 2 device saling ngomong gimana?? Ini akan menjawab point nomor 3 dan 4
Untuk PC A bisa ngobrol dengan Laptop B yang berbeda network…berarti kita harus punya 1 alat yang bisa “nunjukin” jalan ke masing2 network
Si penunjuk jalan itu disebut ROUTER (route = jalur, router = penunjuk jalur/jalan)

Dari kacamata PC A dan Laptop B, si Router ini disebut Gateway (gerbang untuk keluar dari network)

Coba liat de…gateway-nya 1 network dengan ip address kita
Karena dimana2…klo kita mau keluar dari komplek perumahan pasti kan lewat gerbang…masa iya gerbang buat komplek gw adanya di komplek elu?!? Lu pasti becanda…

Nah, salah satu “gerbang” kita ke dunia luar klo kita ga punya router adalah Modem (makanya setting gateway-nya ke sini yaks)
Eh…itu kan /24, klo “/” (slash) nya uda aneh2 gimana? Nah…mari kita lanjut pembahasannya dibawah
==========================================================
Network and Sub-Network

Secara keseluruhan…inilah peta Provinsi DKI Jakarta (dengan pemimpin bergelar Gubernur)

Tapi klo dilihat2…warnanya berbeda2…1 warna mencerminkan 1 kota (dengan pemimpin bergelar Walikota)
Begitu pula dalam jaringan komputer…ada network…dan ada pula subnet alias sub-network
Provinsi Jakarta adalah Network-nya
  • Kota Jakarta Barat adalah subnetwork dari Provinsi Jakarta
  • Kota Jakarta Selatan adalah subnetwork dari Provinsi Jakarta
  • Kota Jakarta Tengah adalah subnetwork dari Provinsi Jakarta
  • Kota Jakarta Utara adalah subnetwork dari Provinsi Jakarta
  • Kota Jakarta Timur adalah subnetwork dari Provinsi Jakarta
Ada 5 Kelas Dasar dalam Network dalam dunia IP

Yang dipake adalah kelas A, B, dan C…kelas D dipakai untuk multicast dan kelas E untuk eksperimental (kebanyakan klo gw bahas multicast disini tong)
Masing2 kelas ada subnet mask default-nya

Nah, komputer dengan IP 10.1.2.3 pasti bisa ngomong dengan komputer ber-IP 10.3.2.1 (dengan default subnet mask Class A, yaitu 255.0.0.0)
Karena apa?

Lalu dimana2 tuh ya…klo kita dateng kesebuah kelurahan/daerah…pasti ada papan nama-nya…”SELAMAT DATANG DI DKI JAKARTA”
Begitu pula di jaringan komputer…”papan nama”nya disebut Network Address (bukan IP address ato Host Address yah)
Ada aturan dari yang bikin IP (IEEE RFC 950, 1842, dan 1878) bahwa…bit pertama dari Host Bit adalah Network Address (penanda jalan/kelurahan) dan bit terakhir adalah Broadcast Address

Jadi klo ada orang yang pengen nyebarin “undangan” (nikah, sunatan, tahlilan) ke 1 kelurahan aja…cukup lewat IP Broadcast aja
Alamat Network dan Broadcast ini TIDAK BOLEH DIPAKAI UNTUK DEVICES (host2)
Router ngeliat ini “plang” jalan darimana?…di routing table dia (jadi ceritanya dia punya peta/map)


Base dari IP Class C adalah 192.168.1.0/24 untuk network address-nya
Harusnya…harusnya sih 192.168.1.1 bisa ping ke 192.168.1.129 klo prefix mask-nya /24
Tapi klo uda bukan /24 gimana?…contoh 192.168.1.1/25 mau ping ke 192.168.1.129/25

hasilnya…ga bisa ping
Yang 192.168.1.1 ada di kabupaten timur (jumlah host 127 = 1 ~ 126), yang 192.168.1.129 ada di kabupaten barat (jumlah host 127 = 129 ~ 254)…sama2 di provinsi 192.168.1.0 sih, Cuma administrasinya beda
Buat apaan nih “slash” prefix mask aneh2 gini? Untuk menghemat IP

Karyawan Cuma ada 3…lo pake 192.168.1.0 (bisa 254 host)…yang kepake paling 5-7 IP…buat karyawan, printer, router, ama server
Sisanya mau lu kemanain??
Contoh koneksi point-to-point

Klo liat gambar diatas…lu paling butuh cuma 2 IP
Pake slash berapa hayoo…(jgn pake /24…pemborosan)
tabel conversi IP
/25 = 127 host/subnet…/26 = 63 host/subnet…/27 = 31 host/subnet, sedangkan /30 = 2 host/subnet
Nah, IP Address yang ngikutin Subnet Mask yang seharusnya disebut Classful Address
Sedangkan yang engga disebut Classless Address

Slash prefix mask yang “aneh2″ diatas disebut VLSM (Variable Length Subnet Masking)

Salah satu tujuan dari VLSM adalah untuk menghemat IP…(gw pengen pake IP Network 10.X.X.X…tapi gw ga pengen waste/buang jutaan IP, dipake lah subnet mask Class C)
dan salah satu tujuan dari Classless address adalah membuat IP class A & B…dengan limitasi jumlah host seperti class C (dilihat dari subnet mask-nya)
And I tell you what…that 4 billion IP is depleted….
Metode yang sedang digunakan untuk mengatasi IP yang sudah habis ini adalah dengan menggunakan RFC 1918 alias Private IP Address and Public IP Address

Private IP digunakan untuk berkomunikasi di LAN, Public digunakan di WAN
Jadi jangan heran klo di network lo semuanya pake salah satu IP diatas…selain itu…pasti pake PUBLIC IP (walaupun ada beberapa yang di reserve tapi bisa dipake untuk testing dan multicast seperti 127.0.0.1, class D, dan class E)
Bisa ga private IP digunakan di WAN? Ga bisa…pasti di blok sama ISP (uda standard procedure-nya)
Trus biar bisa ke WAN gimana? Translate IP Private ke IP Public…dengan NAT (Network Address Translation)

Berarti gw ngetik google.com itu juga pake IP dong? Iya
Tapi kok kaga keliatan IP-nya? kan gw ngetik google…bukan IP ?!?Karena “ketikan” google.com dari lu nanti di konversi kedalam IP melalui DNS (Domain Name System) Server

Inget…komputer hanya ngerti angka (biner) sedangkan lu males ngapalin angka…iya kan?!?
Emangnya lu mau ngetik dan ngapalin IP 111.94.248.88 di web browser firefox lu cuma buat ke google doang?

Nah, DNS inilah yang save your little brain…coba ketik nslookup google.com di command prompt (windows) lo


Eh bang…kata lu IP uda habis, trus alat2 baru gimana dapet IP baru-nya? in the next sub-topic
==========================================
Iseng2 berhadiah…ilmu nambah :P

Soal:
  • 10.1.1.1/30 bisa ping ke 10.1.1.6/30 ga?
  • Ada berapa banyak host klo gw pake /27 untuk sebuah network?
  • Gw punya host 10.1.1.129/25…IP network address-nya apa? Ip broadcast address-nya apa?
  • Klo gw punya 500 host…gw harus pake prefix/subnet mask berapa? *hayo loh
  • 192.168.1.1/23 bisa ping ga ke 192.168.2.2/23? kenapa begitu?
==========================================
IPv6

Besarnya 128 bit…inget 2^32 = 4 milyar, apalagi 2^128 ?!?
3.4 x 10^38 address….(100 trilyun aja baru 10^15)
IP yang sudah habis disebut IPv4 (jadi IP yang kita bahas diatas adalah IPv4)
Yang v5 kemana? Experiment…
Jeleknya…IPv6 pake hexadecimal (bukan decimal)
Contoh:


Dulu…waktu IPv4 yang 4 milyar…mereka bilang “tenang aja…ga bakal habis”
Sekarang? Well, untuk mencegah kehabisan IP lagi (sekarang mobil, HP, dan TV aja bisa punya IP) mereka juga bikin reserved IPv6 address
IPv6
/23 itu IP masing2 region IANA (APNIC, RIPE NCC, ARIN, dll)
/48 itu untuk negara2 yang ke masing2 region IANA
/16 itu untuk ISP yang ada di masing2 negara
/64…lu utak atik dah (ato tepatnya ini IP yang dikasi ISP ke company elo…mau lo subnet/bagi lagi juga terserah lo dah)
walaupun sebenernya masih ada yang lebih spesifik dari tabel diatas…
================================
sebenernya gw mo jelasin summarisasi dan IPv6 addresses lebih banyak…tapi takut kaga muat disini hahahahah

Multicast

Leave a comment
Kenapa ada multicast itu contohnya kira2 seperti ini:
“Klo gw ada 3-4 client minta File dari server…berarti gw harus proses 1-1 itu request (unicast)…gimana kalo ratusan yang minta….jebol ini network”

(gambar diambil dari ARCH [642-874] course…)
Multicast ALWAYS use UDP…why not TCP? Karena TCP itu connection-oriented…jelas source-nya, jelas pula destination-nya (unicast transmission)
Dalam Multicast itu ada pepatah…”gw ga terlalu perduli tujuannya (unknown destination), yang penting sumbernya (valid source)
Biasanya kan gini “yang penting gw tau ini paket mau dikirim kemana (valid destination), ga penting sumber darimana (unknown source)
Karena itulah Multicast ga akan cocok pake TCP…
Trus klo tujuannya ga penting…dia kirim kemana?!? Kirim ke alamat kelas D (224.0.0.0 sampe 239.255.255.255)
Jadi begitu ada paket dengan IP 224.0.0.10 (contoh)…si router akan tau
ooh…ada paket EIGRP minta di kirimin dengan metode multicast…
Kapan dan dimana ini teknologi digunain…?!? MULTIMEDIA…!!! IPTV !! STREAMING !!! *setidaknya itu yang paling kena efek advantage nya Multicast

Yang namanya multicast kan ada yang node/router yang ga dapet dong? Klo dapet semua namanya jadi broadcast, ya ga?!…gimana tuh?!?
Nah, dalam Multicast itu ada namanya “grouping”….jadi yang termasuk group tertentu aja yang kena multicast
Multicast Components

  • Source: seperti yang uda gw bilang…yang penting itu source…tempat server nya
  • Router: lalu alat buat bikin multicast-nya….router
  • Client: si “penadah” nya…client hanya akan dapet multicast klo dia request/di-approve untuk join multicast group
  • Routing Protocol: Multicast Routing Protocol…Routing protocol yang dibuat secara khusus untuk nyebarin multicast, contohnya: PIM (Protocol Independent Multicast)
  • Group Management Protocol: protocol yang isinya definisi2 bagaimana cara host join, leave, request multicast group…contohnya: IGMP (Internet Group Management Protocol)
=============================================
IP Multicast

Multicast itu dari 224.0.0.0 sampe 239.255.255.255 alias kelas D
kelas D (yang emang di-reserve) ini di bagi2 lagi
  • Link-Local Scoped = 224.0.0.1 sampe 224.0.0.255
    • TTL (time-to-live) packet nya = 1 (alias masa hidup multicast nya cuma di LAN aja…singkat sih)
    • Contohnya: 224.0.0.1 (Host), 224.0.0.2 (Multicasting Router), 224.0.0.5 dan 6 (OSPF Router dan OSPF DR Router), dan 224.0.0.10 (EIGRP)
  • Global Reserved = 224.0.1.0 sampe 224.0.1.255
    • TTL-nya lebih dari 1…contohnya…multicast untuk NTP (network time protocol dengan IP 224.0.1.1) yang memang harus di-multicast across network
  • Administratively Scoped = 239.0.0.0 sampe 239.255.255.255
    • Ini tuh…IP Private-nya Multicast alias bisa kita pake sendiri buat kepentingan organisasi
    • 239.253.0.0 /16 dinamakan Site-Local = bisa kita pake untuk multicast aplikasi buatan kita.
    • 239.192.0.0 /14 dinamakan Organizational = buat multicast organisasi/perusahaan kita
  • SSM (Source Specific Multicast) = 232.0.0.0 sampe 232.255.255.255
    • Alamat ini dipake klo kita mau receive traffic dari spesifik device/server
  • GLOP = 233.0.0.0 sampe 233.255.255.255
    • Alamat ini dipake IANA, permanen, di-burn ke software
    • Bisa dipake untuk multicast BGP (AS Number di-insert di tengah2 oktet IP-nya)…233.X.X.255
    • GLOP ini ga ada singkatannya…
List lengkap Multicast IP
L2 Multicast Addressing

Klo kita pake IP Multicast (L3), berarti kita juga harus define L2 addressingnya
Supaya switch tau klo ada mac-address tertentu…dia harus nyebarin ini frame via Multicast

23 bit dari IP Address Multicast…di konversi jadi Hexadecimal-nya mac-address
Kenapa kok Cuma 23 bit aja?? Ini cuma masalah sejarah…(hint: baca buku “Deploying IP Multicast Network” from Cisco Press)
Kuncinya adalah…klo switch ketemu mac-address dengan kode 01:00:5E:00:00:00 sampe 01:00:5E:7F:FF:FF, itu tandanya mac-address buat multicast
IGMP

IGMP = Internet Group Management Protocol
IGMP ini protokol yang bahas masalah bagaimana sebuah host join multicast group dan bagaimana router handle multicast request-nya

Taro lah H3 dan H2 jadi member sebuah multicast group…ketika si router ngirim multicast packet…yang nerima Cuma H2 dan H3
IGMP secara default ngecek “membership” tiap 60 detik sekali
Nah…karena ini multicast…artinya bisa lewat switch…switch juga punya mekanisme untuk “mapping” port mana aja yang kena multicast (di taro di Multicast CAM Table)…namanya IGMP Snooping

  • IGMP v1: Define how router determine which groups are active, provide mechanism how host can join or leave group (RFC 1112)
  • IGMP v2: Bisa kirim sinyal untuk leave group, join specific group, dan maksimum query response time/timer (RFC 2236)
  • IGMP v3: Bisa kirim sinyal ke group tertentu, dari source tertentu pula…”multicast source filtering” (RFC 3337) via 224.0.0.22, versi 3 inilah yang dipake buat SSM (Source Specific Multicast)
Yang perlu diperhatikan adalah…Switch bisa jadi akan “treat” multicast frame/IGMP ini seperti broadcast…kenapa?? Karena STP (Spanning-Tree Protocol)
Ketika Switch nerima TCN (Topology Change Notification)-nya STP…itu “snooping-snooping-an” akan di treat seperti broadcast…(maklum…jaga2 biar ga looping), biasanya pas upstream link berubah…ato ganti switch link
Don’t worry…kita bisa disable TCN flooding atau kasi “count” berapa kali flooding dilakukan sebelum switch “treat” alias memperlakukan multicast frame secara normal kembali
=============================================
L3 Multicast

Untuk nyebarin multicast…ato “mapping” siapa aja yang dapet multicast…kita balik lagi dulu ke dasar Unicast dan Multicast
Multicast Routing vs Unicast Routing
Unicast Routing = “paket ini mau kemana?
Multicast Routing = “paket ini dari mana?”
Ada banyak Protocol buat Multicast, yang paling umum dipakai adalah PIM (Protocol Independent Multicast)
Disebut independen karena untuk nyebarin multicast…dia ga terlalu pusingin pake routing protocol apa…pake static juga bisa…yang penting ada jalan/rute nya aja
PIM sendiri dibagi 2: Dense Mode (uda jadul punya ini) dan Sparse Mode
Dense Mode: si multicast router akan ngirim kesemua node/router itu paket multicast (via 224.0.0.13) lalu dia akan ngarepin reply balik dari semua router yang kena multicast, baik yang ikut group multicast maupun yang tidak, metode ini biasa disebut PUSH Method karena behavior-nya yang kirim kesemua node…toh, nanti hanya router2/node2 yang ikut group aja yang akan reply untuk ikut “streaming”…sisanya yang nolak akan di-supress oleh si multicast router (pruning)
Tau VTP Pruning? Di Multicast juga ada namanya Multicast Pruning….konsep nya mirip
efeknya apa klo Dense Mode? Inisialisasi pas Multicast itu makan bandwidth…begitu ada multicast…WUUUSSHH…bandwidth kemakan semua…baru de berangsur2 normal bandwitdh-nya
Sparse Mode (RFC 4601): kebalikan dari Dense Mode, PULL Method, multicast router cuma nunggu…”hayo…hayo…siapa yang mau ikut cicilan motor murah *ehem* multicast maksudnya…“, nunggu node/router lain minta join multicast (pake IGMP), multicast router dengan tipe ini ga makan bandwidth…soalnya pasif…makanya disebut PULL karena behavior-nya yang suka narik pelanggan *ehem*
Si router tempat nunggu request2 untuk join multicast (atau tempat nampung multicast2 dari server) dan sering jadi agen nyebarin flyer2 cicilan motor *ngaco nih* disebut Rendevouz Point (RP) dalam Sparse Mode
Nah, begitu selesai “mapping” (baik pake DENSE atau SPARSE), terbentuklah sebuah “tree”…tree ini berguna untuk nyebarin multicast “enaknya” lewat mana, trus biar avoid looping (inget ini bukan Unicast !!, harus ada mekanisme sendiri buat avoid looping)…logic nya masih pake SPF (Shortest Path First, sama kek logic yang dipake OSPF)…
Khusus untuk Sparse Mode…dia ga hanya pake SPF (Source Tree, yang dipake di Dense Mode), dia juga pake Shared Tree (kalkulasi dari Sender ke RP, dan juga kalkulasi dari RP ke Receiver, alias di RP dia kalkulasi 2 Tree sekaligus)
Di Multicast tree ini disebut Reverse Path Forwarding (RPF) – tabel RPF ini di Data Plane yang sama dengan CEF, karena nge-cek sumber multicast nya…backward crosscheck-lah ibaratnya
Jadi isinya “tree” Multicast ini tentang informasi source (S) dan Group (G) tempat multicast dikirim, disingkat (S,G)…di RP juga ada informasi tentang all source (*) juga…jadi dia ada (*,G)
Ketik aja “show ip mroute” saat praktek multicast, nanti ketauan kok (S,G) dan (*,G) ini
Oooh gw tau….jadi tiap ada user mau join…si router harus bikin “tree” lagi?? Betul…
nah, trus klo banyak yang join..repot dong?? Yup…from Router Control Plane point-of-view…akan ada banyak tree tentang (S,G)
cara solving nya?? Bidirectional PIM, PIM ini hanya akan nge-share (*,G) alias rute/tree/jalan dari user yang request ke RP aja…engga ke semua jalan dikasi alias (S,G) ato rute2 tertentu ke router lain ga akan dikasi (ya iya la…ngapain juga)
Bidirectional PIM ini akan nunjuk Designated Forwarder (DF) untuk nunjukin jalan dari user ke RP
cui…ada yang request ikut multicast nih ke gw (RP)…tolong tunjukin jalan buat user itu ke tempat gw ya
PIM sendiri ada 2 versi:
  • V1 = yang biasa
  • V2 = default, uda support BSR (di section bawah) dan support Backup BSR (backup RP)
=============================================
Auto-RP

Untuk nge-set RP ini ada 2 cara:
  • Statis (setting sendiri siapa router yang jadi RP)
  • Dinamis:
    • Auto-RP (Cisco Propiertary)
    • BSR (Bootstrap Router, Open Standard)
Untuk bikin Auto-RP…berarti kita harus define multicast group-nya, nah…supaya multicast group (SPARSE mode) ini jalan…artinya kita harus setting RP-nya dulu…
Laaah…katanya Auto-RP…berarti otomatis dong?? Klo RP-nya setting sendiri….ga jadi Auto dong…gimana sih??kok jadi muter2 gini??
Wkwkwk…yup…gara2 alasan “chicken-egg paradox” (itu tu..debat yang ga pernah selese…siapa duluan yang muncul…telur apa ayam?) itulah kita perlu bikin DENSE mode lagi…
Wew…bikin PIM Dense-Sparse mode…?!?
Cuma untuk inisialisasi…kita pake Dense Mode…untuk meng-eliminasi kebutuhan akan RP, yang laen nanti pake Sparse Mode
Klo Auto-RP nya ilang/mati gimana?? Ya semua router jalanin Dense Mode lagi…sama aja boong yah…haha
Cisco punya fitur “auto-RP listener” yang di aktifkan dengan command ip pim autorp listener untuk ngecek keberadaan Auto-RP…biar ga jalanin Dense Mode klo RP nya ilang ato ga ada, yang artinya…no more Dense-Sparse Mode YAAAY!!!
Auto-RP punya 2 komponen:
  • Candidate RP: yaitu router2 yang “mau” jadi RP (konsepnya mirip DR/BDR nya OSPF…yang paling tinggi IP nya…itu yang jadi kandidat terkuat RP)
  • Mapping Agent: ini agen “penyalur” pembantu rumah tangga…hahaha…maksudnya ini router yang ngasi tau ke yang lain…”HEIII…ada yang mau jadi RP nih….
Bisa ga 2 komponen ini berada dalam 1 device/router?? Bisa
*note: in Design Course…there is MEMORY REQUIREMENT for Router to be RP (jadi ketika kita mau deploy multicast…watchout for the requirement)
  • Each (*,G) entry require 380 bytes + Outgoing Interface List (OIL) overhead
  • Each (S,G) entry require 220 bytes + OIL Overhead
  • OIL Overhead is 150 bytes per entry
Contoh: ada 10 multicast group, dengan 6 source per group dan 3 Outgoing Interface
10 x (380 + (3 x 150)) = 8300 byte untuk (*,G)
(10 x 6) x (220 + (3 x 150)) = 40,200 byte untuk (S,G)
Total 48,500 byte untuk maintain “show ip mroute” doang
==========================================================
Inter-AS Multicast

The question is simple…”how to get Multicast packets…get to another side…of ISP
The answer keyword is MSDP (Multicast Source Distribution Protocol) – RFC 3618
MSDP ini memungkinkan ISP dengan ISP berkomunikasi antar RP yang mereka punya (ngobrol antar AS RP-nya pake TCP)
Tapi bukannya klo Inter-AS pake nya BGP ya…itu kan protocol unicast?? Yup…oleh karena itu kita perlu MBGP (Multicast BGP) untuk “tuning” MSDP nya
==========================================================
IPv6 Multicast

Well…karena IPv6 sudah mulai “take over” the world…(setidaknya dalam CCNA dan CCIE, artikel2 tentang IPv6 udah dimasukin BANYAK BANGET), mau gam au gw juga harus belajar multicast dalam IPv6
Anycast dalam IPv6 itu gantiin broadcast…TIDAK ADA Broadcast dalam IPv6
Pertanyaannya adalah…”what is anycast?!?”
Ketika kita mau ngirim packet…biasanya di lempar ke 2 tempat…Default gateway…atau di Broadcast
Well…Anycast dalam IPv6 adalah…”klo ga tau mo lempar kemana ini paket…lempar aja ke yang paling deket…
Pertanyaan selanjutnya adalah “yang paling deket?? Parameter “yang paling deket” itu apa??”
Yang paling deket berdasarkan IGP METRIC, jadi router akan kirim paket ke tetangga yang terdekat berdasarkan kalkulasi metric dari routing protocol dia
Nah, dalam multicast IPv6 pun seperti itu…nyari RP nya pake Anycast…Anycast-RP
Protocol buat nyari RP nya?? Pake MSDP lagi…
Dalam IPv6…IGMP namanya berubah jadi MLD (Multicast Listener Discovery), pas gw baca2 sih…sama aja fungsinya…Cuma namanya aja beda…
IPv6 hanya support BSR (versi open source-nya Auto-RP)
==========================================================
Segitu dulu…nanti yang kurang2 akan gw tambahin disini…
*I’m working on the LAB right know*
==========================================================
References:
Multicast Video by Anthony Sequeira (CCIE #15626, CCSI), www.youtube.com
Deep Dive Multicast Video by Brian McGahan (CCIE #8593), www.ine.com
Developing IP Multicast Network – Cisco Press, Beau Williamson (CCIE #1346)
Cisco AVVID Network Infrastructure IP Multicast Design.pdf – Solution Reference Network Design

Referensi

https://belajarcomputernetwork.wordpress.com/category/network-theory/

PROSEDUR DARURAT DAN KESELAMATAN PELAYARAN

PROSEDUR DARURAT DAN KESELAMATAN PELAYARAN

PROSEDUR DARURAT DAN KESELAMATAN PELAYARAN
 
9.1.   Penerapan Prosedur Keselamatan Pelayaran
 
Kecelakaan dapat terjadi pada kapal-kapal baik dalam pelayaran, sedang berlabuh atau se dang melakukan kegiatan bongkar muat   di pelabuhan /terminal meskipun sudah dilakukan usaha/upaya yang kuat untuk menghindarinya.
Keadaan darurat dikapal dapat merugikan : Nahkoda dan ABK, pemilik kapal, lingkungan laut dan terganggunya  ekosistem dasar laut. Perlu pemahaman kondisi keadaan darurat, agar memiliki kemampuan untuk dapat mengidentifikasi tanda-tanda keadaan darurat, sehingga situasi tersebut dapat teratasi.
Untuk melindungi pelaut dan mencegah resiko dalam suatu kegiatan diatas kapal, harus diperhatikan ketentuan dalam Health and Safety Work Act th. 1974.
Kapal laut yang bergerak dengan gaya dorong pada kecepatan yang bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, dapat saja mengalai masalah yang disebabkan oleh berbagai factor yang tidak dapat diduga sebelumnya, yang pada akhirnya akan mengganggu pelayaran. Gangguan tersebut dapat diatasi langsung, perlu bantuan atau bahkan awak kapal harus meninggalkan kapal.
 
5 (Lima) Penyebab utama timbulnya suatu keadaan darurat :
  1. Kesalahan Manusia
  2. Kesalahan Peralatan
  3. Kesalahan Prosedur
  4. Pelanggaran terhadap peraturan
  5. Kehendak Tuhan Yang  Maha Kuasa
 
Manajemen harus memperhatikan ketentuan yang diatur dalam, Healt and Safety Work Act, 1974 untuk melindungi pelaut/pelayar dan mencegah resiko-resiko dalam melakukan su atu aktivitasdiatas kapal terutama menyangkut kesehatan dan keselamatan kerja, baik dalam keadaan normal maupun darurat.
Suatu keadaan darurat biasanya terjadi sebagai akibat tidak bekerja normalnya suatu  sistim  secara  prosedural  ataupun  karena  gangguan alam.
Prosedur adalah suatu tata cara atau pedoman kerja yang harus diikuti dalam melaksanakan suatu kegiatan agar mendapat hasil yang baik.
Keadaan  darurat  adalah  keadaan  yang lain dari keadaan normal yang mempunyai kecen derungan  atau potensi  tingkat  yang membahayakan baik bagi keselamatan manusia, harta benda, maupoun lingkungan.
Jadi Prosedur Keadaan Darurat adalah tata cara/pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi kerugian lebih lanjut atau semakin besar.
Menggunakan peralatan keselamatan kerja atas kapal sangat dibutuhkan agar segala sesuatu kecelakaan tidak banyak korbannya, dan setiap orang yang bekerja mengalami kondisi yang aman kalau terjadi kecelakaan prosentasenya sangat rendah. Peralatan keselamatan kerja itu antara lain :
Masker dipakai untuk meghindari bau tdk sedap, bahkan pada kondisi kebakaran yang me ngeluarkan asap masker dibutuhkan Baju tahan api, tahan hujan dan panas sinar matahari, Sarung tangan, sepatu Cutter dlsb.
 
9.2.1.   Jenis-jenis Keadaan Darurat
Kapal laut sebagai bangunan terapung yang bergerak dengan daya dorong pada kecepatan bervariasi melintasi berbagai daerah pelayaran dalam kurun waktu tertentu, akan mengalami berbagai problematik yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti cuaca, keadaan alur pelayaran, manusia, kapal dan lain-lain yang belum dapat diduga oleh kemampuan manusia dan akhirnya menimbulkan gangguan pelayaran dari kapal.
Gangguan pelayaran pada dasarnya dapat berupa gangguan yang dapat langsung diatasi, bahkan perlu mendapat bantuan langsung dari pihak tertentu, atau gangguan yang mengakibatkan Nakhoda dan seluruh anak buah kapal harus terlibat baik untuk mengatasi gangguan tersebut serta harus meninggalkan kapal.
Keadaan gangguan pelayaran tersebut sesuai situasi dapat dikelompokan menjadi keadaan darurat yang didasarkan pada jenis kejadian itu sendiri, sehingga keadaan darurat ini dapat disusun sebagai berikut :
  1. Tubrukan
  2. Kebakaran/ledakan
  3. Kandas
  4. Kebocoran/tenggelam
  5. Orang jatuh ke laut
  6. Pencemaran
Keadaan darurat di kapal dapat merugikan Nakhoda dan anak buah kapal serta pemilik kapal maupun lingkungan laut bahkan juga dapat menyebabkan terganggunya ekosistem dasar laut, sehingga perlu untuk memahami  kondisi  keadaan  darurat  itu sebaik  mungkin  guna memiliki kemampuan  dasar  untuk  dapat  mengidentifikasi  tanda-tanda keadaan darurat agar situasi tersebut dapat diatasi oleh Nakhoda dan anak buah kapal meupun kerja sama dengan pihak yang terkait.
 
Jenis – Jenis Prosedur Darurat :
  1. Prosedur Intern : Pedoman pelaksanaan untuk masing-masing bagian, keadaan darurat masih dapat diatasi tanpa melibatkan kapal lain atau pelabuhan setempat.
  2. Prosedur Umum : Pedoman pelaksanaan untuk keadaan darurat yang cukup besar yang dapat membahayakan kapal lain atau dermaga.
 
9.2.1.1.   Tubrukan
tubrukan di laut
  Keadaan darurat karena tubrukan kapal dengan kapal atau kapal dengan dermaga maupun dengan benda tertentu akan mungkin terdapat stuasi kerusakan pada kapal, korban manusia, tumpahan minyak kelaut (kapal tangki), pencemaran dan kebakaran.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
  1. Bunyikan sirine bahaya (Emergency alarm sounded)
  2. Menggerakan kapal sedemikian rupa untuk mengurangi pengaruh tubrukan
  3. Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup
  4. Lampu-lampu deck dinyalakan
  5. Nakhoda diberitahu
  6. Kamar mesin diberitahu
  7. VHF dipindah ke chanel 16
  8. Awak kapal dan penumpang dikumpulkan di stasiun darurat
  9. Posisi  kapal  tersedia  di ruangan  radio  dan diperbarui  bila ada perubahan
  10. Setelah tubrukan got-got dan tangki-tangki di ukur
 
9.2.1.2.   Kebakaran/Ledakan
kebakaran kapal
Kebakaran  di kapal dapat terjadi dibergai lokasi yang rawan terhadap kebakaran, misalnya di kamar mesin, ruang muatan,      gudang penyimpanan perlengkapan kapal, instalasi listrik dan tempat akomodasi Nakhoda dan anak buah kapal. Sedangkan ledakan dapat terjadi karena kebakaran atau sebaliknya kebakaran terjadi karena ledakan, yang pasti kedua-duanya dapat menimbulkan situasi daruirat serta perlu untuk diatasi.
Keadaan  darurat  pada  situasi  kebakaran  dan  ledakan  tentu  sangat berbeda dengan keadaan darurat karena tubrukan, sebab pada situasi yang demikian terdapat kondisi yang panas dan ruang gerak terbatas dan kadang-kadang  kepanikan  atau  ketidaksiapan  petugas  untuk bertindak mengatasi keadaan maupun peralatan yang digunakan sudah tidak layak atau tempat penyimpanan telah berubah.
Apabila terjadi kebakaran di atas kapal maka setiap orang di atas kapal yang pertama kali melihat adanya kebakaran wajib  melaporkan kejadian tersebut pada mualim jaga di anjungan.
Mualim  jaga akan terus memantau  perkembangan  upaya pemadaman kebakaran dan apabila kebakaran tersebut tidak dapat diatasi dengan alat   pemadam   portable   dan   dipandang   perlu   untuk   menggunakan peralatan pemadam kebakaran tetap serta membutuhkan peran seluruh anak buah kapal, maka atas perintah Nakhoda isyarat kebakaran wajib dibunyikan dengan alarm atau bel satu pendek dan satu panjang secara terus menerus.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
  1. Sirine bahaya dibunyikan (internal dan eksternal)
  2. Regu-regu  pemadam  kebakaran  yang  bersangkutan  siap  dan mengetahui lokasi kebakaran
  3. Ventilasi,  pintu-pintu  kebakaran  otomatis,  pintu-pintu  kedap air ditutup
  4. Lampu-lampu deck dinyalakan
  5. Nakhoda diberitahu
  6. Kamar mesin diberitahu
  7. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui  bila ada perubahan
 
9.2.1.3.   K a n d a s
kapal kandas
Kapal  kandas  pada  umumnya  didahului  dengan  tanda-tanda  putaran baling-baling terasa berat, asap dicerobong mendadak menghitam, badan kapal   bergerak   dan   kecepatan   kapal   berubah   kemudian   berhenti mendadak. Pada  saat  kapal  kandas  tidak  bergerak,  posisi  kapal  akan  sangat tergantung pada permukaan dasar laut atau sungai dan situasi di dalam kapal tentu akan tergantung juga pada keadaan kapal tersebut.
Pada kapal kandas terdapat kemungkinan kapal bocor dan menimbulkan pencemaran  atau  bahaya  tenggelam  kalau  air yang  masuk  ke dalam kapal tidak dapat diatasi, sedangkan bahaya kebakaran tentu akan dapat saja terjadi apabila bahan bakar atau minyak terkondisi dengan jaringan listrik yang rusak menimbulkan  nyala api dan tidak terdeteksi sehingga menimbulkan kebakaran.Kemungkinan kecelakaan manusia akibat kapal kandas dapat saja terjadi karena situasi yang tidak terduga atau terjatuh saat tarjadi perubahan posisi kapal.
Kapal   kandas   sifatnya   dapat   permanen   dan   dapat   pula   bersifat sementara  tergantung  pada posisi permukaan  dasar laut atau sungai, ataupun cara mengatasinya  sehingga keadaan darurat seperti ini akan membuat situasi di lingkungan kapal akan menjadi rumit.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
  1. Stop mesin
  2. Bunyikan sirine bahaya
  3. Pintu-pintu kedap air ditutup
  4. Nakhoda diberi tahu
  5. Kamar mesin diberi tahu
  6. VHF di pindahkan ke chanel 16
  7. Tanda-tanda bunyi kapal kandas dibunyikan
  8. Lampu dan sosok-sosok benda diperlihatkan
  9. Lampu deck dinyalakan
  10. Got-got dan tangki-tangki diukur/sounding
  11. Kedalaman laut disekitar kapal diukur
  12. Posisi  kapal  tersedia  di kamar  radio dan diperbaharui  bila ada perubahan
 
9.2.1.4.   Kebocoran / Tenggelam
kebocoran kapal,kapal tenggelam
Kebocoran  pada kapal dapat terjadi karena kapal kandas, tetapi dapat juga terjadi karena tubrukan maupun kebakaran serta kulit pelat kapal kerena  korosi,  sehingga  kalau tidak segera  diatasi  kapal akan segera tenggelam. Air yang masuk dengan cepat sementara kemampuan mengatasi kebocoran terbatas, bahkan kapal menjadi miring membuat situasi sulit diatasi.
Keadaan darurat ini akan menjadi rumit apabila pengambilan  keputusan dan pelaksanaannya tidak didukung sepenuhnya oleh seluruh anak buah kapal,  karena  upaya  untuk  mengatasi  keadaan  tidak didasarkan  pada azas keselamatan dan kebersamaan.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
  1. Bunyikan sirine bahaya (internal dan eksternal)
  2. Siap-siap dalam keadaan darurat
  3. Pintu-pintu kedap air ditutup
  4. Nakhoda diberitahu
  5. Kamar mesin diberitahu
  6. Posisi kapal tersedia di kamar radio dan diperbaharui bila ada
  7. Berkumpul   di  sekoci   /  rakit   penolong   (meninggalkan   kapal) dengan  dengarkan  sirine tanda  berkumpul  untuk meninggalkan kapal,  misalnya  kapal  akan  tenggelam  yang  dibunyikan  atas perintah Nakhoda
  8. Awak  kapal  berkumpul   di  deck  sekoci  (tempat  yang  sudah ditentukan dalam sijil darurat)
 
9.2.1.5.   Orang Jatuh ke Laut
MOB,orang jatuh di laut
Orang jatuh kelaut merupakan salah satu bentuk kecelakaan yang membuat situasi menjadi darurat dalam upaya melakukan penyelamatan. Pertolongan yang diberikan tidak mudah dilakukan karena akan sangat tergantung pada keadaan cuaca saat itu serta kemampuan  yang akan memberi pertolongan, maupun fasilitas yang tersedia. Dalam pelayaran sebuah kapal dapat saja terjadi orang jatuh kelaut,
bila seorang  awak  kapal  melihat  orang  jatuh  kelaut,  maka  tindakan  yang harus dilakukan adalah  berteriak  “Orang Jatuh ke Laut” dan segera melapor ke Mualim Jaga.
Tata cara khusus dalam prosedur Keadaan Darurat yang harus dilakukan antara lain :
  1. Lemparkan pelampung yang sudah dilengkapi dengan lampu apung dan asap sedekat orang yang jatuh
  2. Usahakan orang yang jatuh terhindar dari benturan kapal dan baling- baling
  3. Posisi dan letak pelampung diamati
  4. Mengatur gerak tubuh menolong (bila tempat untuk mengatur gerak cukup disarankan menggunakan metode “ WILLIAMSON  TURN “
  5. Tugaskan seseorang untuk mengatasi orang yang jatuh agar tetap terlihat
  6. Bunyikan 3 (tiga) suling panjang dan diulang sesuai kebutuhan
  7. Regu penolong siap di sekoci
  8. Nakhoda diberitahu
  9. Kamar mesin diberi tahu
  10. Letak atau posisi kapal relatif terhadap orang yang jatuh di plot
  11. Posisi  kapal  tersedia  di  kamar  radio  dan  diperbaharui  bila  ada
    perubahan
 
9.2.1.6.  Pencemaran
Pencemaran   Karena buangan sampah, tumpahan minyak waktu banker, membuang ballast lebih dari 15 ppm, muatan kapal tanker
yang tumpah kelaut akibat tubrukan atau kebocoran.
Upaya untuk mengatasi pencemaran merupakan hal yang  sulit karena memerlukan perlatan, tenaga manusia yang terlatih dan kemungkinan-kemungkinan resiko yang harus ditanggung oleh pihak yang melanggar ketentuan tentang pencegahan pencemaran .
 
CONTINGENCY PLAN
  1. Prosedur : suatu tata cara atau urutan kerja / pedoman yang harus diikuti untuk melaksanakan suatu kegiatan sehingga mendapatkan hasil yang baik.
  2. Keadaan Darurat : Suatu keadaan diluar keadaan normal yang terjadi diatas kapal yang mempunyai kecenderungan atau potensi yang dapat membahayakan jiwa manusia, harta benda dan lingkungan dimana kapal berada.
  3. Prosedur Darurat ( Emergency Procedure ) adalah Pedoman kerja dalam menanggulangi suatu keadaan darurat, untuk mencegah atau mengurang kerugian yang lebih besar.
  4. Ship Board Emergency Contingency Plans.
    Rencana penanggulangan segala macam kemungkinan akan timbulnya keadaan darurat diatas kapal yang didasarkan pada suatu pola terpadu, yang mampu mengintegrasikan upaya penanggulangan secara cepat, tepat aman dan terkendali atas dukungan instansi terkait , SDM dan fasilitas yang tersedia.
  5. Sijil Keadaan Darurat ( Muster List )  
    Suatu daftar yang berisikan nama dan jabatan anak buah kapal beserta tugas-tugas khusus yang harus dilaksanakanuntuk mengatasi keadaan-keadaan darurat yang mungkin akan terjadi di atas Kapal
  6. Muster Stasion
    Suatu tempat digeladak terbuka (biasanya didek sekoci) yangdigunakan untuk mengumpulkan semua orang yang ada diatas kapal pada waktu terjadi keadaan darurat.
 
SHIPBOARD EMERGENCY CONTINGENCY PLAN
Syarat utama untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan keadaan darurat adalah perencanaan dan persiapan. Nahkoda dan ABK harus menyadari apa yang harus dilakukan pada setiap keadaan darurat Nahkoda dan ABK harus mengambil keputusan secara cepat dan tepat untuk mengawasi / bertindak sesuai dengan keadaan darurat yang timbul
 
Dasar penanggulangan keadaan darurat yang terjadi diatas kapal
Adalah Pola terpadu yang mampu mengintegrasikan seluruh kegiatan atau upaya-upaya penanggulangan secara cepat, tepat aanna terkendali atas dkungan dari pihak-pihak luar, sumber daya manusia dan fasilitas-fasilitasnya.
 
Manfaat adanya pola penanggulangan keadaan darurat :
  1. Mencegah / menghilangkan kemungkinan kerusakan akibat meluasnya keadaan darurat.
  2. Memperkecil  kerusakan-kerusakan materi dan lingkungan.
  3. Menguasai keadaan / under control.
 
Isi pokok dari Ship Board Emergency Contingency Plans :
  1. Organisasi keadaan darurat : Organisasi yang dibentuk diatas kapal untuk menanggulangi keadaan darurat
  2. Isyarat-isyarat bahaya : isyarat-isyarat yang dapat dipakai untuk memberitahukan bahwa kapal kita sedang dalam keadaan darurat dan minta pertolongan.
  3. Lintas penyelamatan diri / Escape route : jalur-jalur yang ditetapkan untuk menuju ketempat berkumpul waktu kapal mengalami keadaan darurat.
  4. Nomor- nomor tilpon yang dapat dihubungi pada waktu kapal mengalami keadaan darurat :
    1. Pejabat-pejabat perusahan pelayaran dari kapal yang bersangkutan, seperti : DPA ( designated Person Ashore ), Bagian Operasi kapal/agen, Direktur utama dan lain-lain.
    2. Pejabat dari Port Authority.
    3. Stasion Radio Pantai terdekat.
    4. Kapal-kapal lain.
 
Organisasi keadaan darurat :
  1. Maksud : untuk memberikan arah / pedoman pada ABK dalam mengatasi terjadinya keadaan darurat
  2. Tujuan : agar dalam mengatasi keadaan darurat dapat dilaksanakan secara cepat, tepat, aman dan terkendali.
 
4 petunjuk perencanaan (Organisasi keadaan darurat) :
  1. Pusat Komando ; Kelompok yang mengontrol kegiatan dibawah pimpinan Nahkoda atau perwira senior serta dilengkapi dengan perangkat komunikasi intern dan extern
  2. Satuan Keadaan Darurat : Kelompok ini dibawah seorang perwira senior yang dapat menaksir keadaan, melaporkan kepusat komando, menyarankan tindakan apa yang harus diambil, jenis bantuan apa dan darimana bantuan tersebut didatangkan.
  3. Satuan pendukung : Kelompok ini dibawah seorang perwira, harus selalu siap membantu kelompokinduk dengan perintah pusat komando dan menyediakan bantuan pendukung sepertiperalatan, perbekalan, P3K dsb.
  4. Kelompok Ahli Mesin Kapal : Kelompok ini dibawah satuan pendukung ahli mesin kapal, menyiapkan bantuan atas perintah pusat komando. tanggung jawab utamanya dikamar mesin dan dapat memberikan bantuan lain bila diperlukan.
 
SIJIL KEBAKARAN
Deck Department Engine Department
Master Pemimpin umum di anjungan C/E Bertugas di kamar mesin
C/O Bertugas di tempat kejadian 1/E Membantu KKM
2/O Membantu C/O mengawasi keadaan darurat 2/E Berjaga digenerator darurat/berjaga menghidupkan CO2
3/O Membantu master membawa dokumen penting 3/E Berjaga dipompa pemadam darurat
4/O Membantu C/O & kel. selang pemadam kebakaran Mandor Mengawasi & menutup ventilasi di E-R
R/O Berjaga diruang radio, kel. selang & menerima berita Oiler-I Berjaga pd mesin induk didlm C-R
Serang Pimpinan dari kel. selang pemadam Oiler-II Kel. selang pemadam & nozzle
AB-I Berjaga dianjungan Oiler-III Kel. selang pemadam & nozzle
AB-II Membantu Mualim II Oiler-IV Kel. selang pemadam & nozzle
AB-III Memakai baju tahan api Messby AB Menutup semua pintu & ventilasi kapal.
O/S Kel. selang pemadam & nozzle    
C/C Menutup semua pintu & ventilasi kapal    
 
SIJIL SEKOCI
Sekoci No.1 Sekoci No.2
Master Pemimpin umum C/O Memimpin Sekoci
2/O Bertugas memimpin sekoci 3/O Membawa surat-surat penting dan perlengkapan Navigasi
C/E Pembantu umum membawa surat –surat penting 4/O Membantu pemimpin sekoci dan membuka tutup sekoci
2/E Membuka tutup sekoci dan melayani mesin sekoci 1/E Membuka tutup sekoci dan melayani sekoci
R/O Melayani perlengkapan radio dan membawa surat-surat penting 3/E Membuka tutup sekoci dan melayani winch sekoci
O/S Membuka tutup sekoci dan melayani winch sekoci Mandor Membuka tutup seoci dan melepas pengait sekoci
AB-I Membuka tutup sekoci dan melepas pengait sekoci, melayani painter depan Electrician Membuka tutup sekoci dan melayani painter depan
AB-III Membuka tutup seoci dan melepas pengait sekoci, melayani painter belakang AB-II Membuka tutup seoci dan melepas pengait sekoci, melayani painter belakang
Oiler-III Membuka tutup sekoci Oiler-I Membantu First Engineer
Steward Membawa Surat-surat dan perbekalan Oiler-II Membuka tutup sekoci
Messby-I Membawa selimut-selimut dan kotak P3K C/C Membawa selimut dan makanan tambahan
    Messby-II Membawa selimut dan makanan tambahan
 
Organisasi keadaan darurat harus disusun untuk pelaksanaan  keadaan darurat agar jelas siapa yang bertanggung jawab dan bertindak apa :
  1. Menghidupkan tanda bahaya
  2. Menemukan dan menaksir besarnya kejadian dan
  3. Kemungkinan bahayanya
  4. Mengorganisasikan sumber daya termasuk tenaga dan peralatan
 
Keuntungan dibuatnya organisasai penanggulangan keadaan darurat :
  1. Tugas dan tanggung jawab tidak terlalu berat
  2. Tugas dan tanggung jawab tertulis dengan jelas
  3. Hanya ada satu pimpinan atau komando
  4. Terhindar dari hambatan herarki formal
  5. Bila gagal dapat segera dievaluasi untuk perbaikan
  6. Semua individu merasa saling terkait
 
Langkah utama dalam mengatasi keadaan darurat yang terjadi diatas kapal
1. Pendataan
  a. Dalam menghadapi setiap keadaan darurat harus diputuskan tindakan apa yang akan diambil untuk mengatasinya.
  b. Perlu dilakukan pendataan sejauh mana keadaan darurat dapat membahayakan awak kapal, kapal dan lingkungan serta bagaimana cara mengatasinya disesuaikan dengan sarana dan prasarana yang tersedia.
  c. Langkah-langkah pendataan :
   
  1. Tingkat kerusakan kapal
  2. Gangguan keselamatan kapal / stabilitas
  3. Keselamatan manusia
  4. Kondisi muatan
  5. Pengaruh kerusakan pada lingkungan
  6. Kemungkinan bahaya terhadap dermaga atau kapal lain
2. Menetapkan / menyiapkan peralatan yang cocok untuk dipakai mengatasi keadaan darurat yang sedang terjadi beserta para personilnya.
3. Melaksanakan tata kerja khusus dalam keadaan darurat yang telah ditetapkan, yaitu melaksanakan Ship Board Emergency Contingency Plan yang ada diatas kapal.
   
Mekanisme Kerja Penanggulangan keadaan darurat :
  1. Persiapan : yaitu menetapkan langkah-langkah persiapan yang diperlukan untuk mengatasi suatu keadaan darurat diatas kapal
  2. Pelaksanaan ; yaitu menetapkan tata cara kerja khusus pada setiap keadaan darurat yang mungkin terjadi diatas kapal
  3. Evaluasi : yaitu menetapkan metode evaluasi terhadap hasil pelaksnaannya
 
Alasan-alasan penting akan perlunya dibuat organisasi penanggulangan keadaan darurat diatas kapal :
  1. Daerah operasi dari kapal-kapal laut adalah dilaut bebas maupun di perairan-perairan sempit yang penuh dengan tantangan alamnya, yang ini berarti bahwa disetiap waktunya operasi dari kapal-kapal laut selalu dihadapkan dengan yang bahaya bahaya baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan.
  2. Pada waktu kapal mengalami keadaan darurat ditengah-tengah lautan, bantuan dari pihak luar tidak dapat diharapkan sepenuhnya
  3. Melaksanakan aturan-aturan nasional / internasional berkaitan dengan keselamatan / keamanan pelayaran
 
ISYARAT & ALARM
Pada saat mengalami marabahaya , panggilan marabahaya harus dikirimkan melalui semua perangkat yang ada sampai isyarat marabahaya tersebut diterima.
 
Alat-alat isyarat bahaya (Distress Signal) yang dapat dipakai pada saat kapal mengalami keadaan darurat dan memerlukan pertolongan dengan segera :
  1. Semboyan ledak yang dibunyikan secara terus-menerus dengan selang waktu satu menit.
  2. Bunyi-bunyian yang diperdengarkan dengan alat-alat isyarat kabut terus menerus.
  3. Ccerawat atau peluru-peluru cahaya yang memancarkan bintang-bintang merah.
  4. Isyarat yang dibuat oleh radio telegraphy atau sistem pengisyaratan lain yang terdiri atas kelompok SOS dari kode morse.
  5. Isyarat yang dipancarkan menggunakan pesawat radio telephony yang terdiri atas kata ” Mayday”.
  6. Kode Isyarat bendera "NC."
  7. Bendera segi empat yang dibawah atau diatasnya dilengkapi dengan bola-bola hitam atau bentuk yang menyerupai bola-bola.
  8. Lidah-lidah api yang dapat menyala secara terus menerus diatas kapal.
  9. Cerawat payung/cerawat tangan yang memancarkan cahaya merah.
  10. Isyarat asap berwarna jingga.
  11. Isyarat alarm Radio telegraphy.
  12. Isyarat alarm radio telephony.
  13. Isyarat dipancarkan oleh rambu-rambu Radio petunjuk posisi darurat.
  14. Menaikturunkan lengan tangan yang terentang kesamping secara perlahan-lahan dan berulang-ulang.
 
Distress Signal
 
Isyarat – isyarat diatas kapal :
  1. Kebakaran :  1 tiupan pendek didikuti dengan 1 tiupan panjang, terus menerus.
  2. Berkumpul di muster stasion : 7 kali tiupan pendek diikuti dengan 1 tiupan panjang, terus menerus
  3. Orang jatuh kelaut : 3 tiupan panjang terus menerus
  4. Kapal kandas : Lonceng jangkar dibunyikan terus menerus disusul dengan gong diburitan ( bila panjang kapal lebih dari 100 meter)
 
LINTAS PENYELAMATAN DIRI
1. Mengetahui lintas penyelamatan diri ( Escape Routes ) Didalam keadaan darurat dimana kepanikan sering terjadi maka kadang-kadang untuk mencapai suatu tempat, misalnya sekoci sering kesulitan. Untuk itu pada pelayar terutama awak kapal harus mengenal / mengetahuidengan lintas penyelamatan diri ( escape routes ), komunikasi di dalam kapal itu sendiri dan sistem alarmnya. Untuk itu sesuai ketentuan SOLAS 1974 BAB II-2 tentang konstruksi perlindungan penemuan dan pemadam kebakaran dalam peraturan 53 dipersyaratkan untuk di dalam dan dari semua ruang awak kapal dan penumpang dan ruangan – ruangan  yang biasa oleh awak kapal untuk bertugas, selain terdapat tangga-tangga diruang permesinan harus ditata sedemikian rupa tersedianya tangga yang menuju atau keluar dari daerah tersebut secara darurat.
2. Dikapal lintas penyelamatan diri secara darurat  atau secape route dapat ditemui pada tempat tempat tertentu :
  a. Kamar mesin
Adanya lintas darurat menuju kegeladak kapal melalui terowongan poros baling-baling yang sepanjang lintasan tersebut didahului oleh tulisan ” Emergency Exit ” dan disusul dengan tanda panah atau simbol orang berlari.
  b. Ruang Akomodasi
Pada ruangan akomodasi, khususnya pada ruangan rekreasi ataupun ruangan makan atau daerah berkumpulnya awak kapal selalu dilengkapi dengan pintu darurat atau jendela daurat yang bertuliskan ” Emergency Exit ”. Setiap awak kapal harus mengetahui dan terampil menggunakan jalan-jalan atau lintas darurat.
 
TINDAKAN PREVENTIF UNTUK MENCEGAH TIMBULNYA EMERGENCY SITUATION
 
1. Tindakan pencegahan terhadap berbagai macam keadaan darurat dikapal :
 
  1. Melaksanakan latihan-latihan darurat terus-menerus.
  2. Mengedepankan sistem kerja yang aman sesuai dengan Safety regulation
  3. Badan Kapal, mesin dan peralatan harus layak
  4. Menetapkan smoking room diatas kapal
  5. Memantau berita cuaca
  6. ABK harus mempunyai fisik dan mental yang sehat dan kuat, terdidik dan terampildalam menjalankan tugas, berdedikasi tinggi serta disiplin dan mampu bekerja sama.
   
2. Latihan Darurat diatas Kapal
  a. Tujuan
   
  1. Menjaga ketrampilan ABK
  2. Menjaga kesiapan ABK
  3. Membiasakan diri ABK dalam situasi darurat
  4. Memeriksa kondisi peralatan
  5. Melaksanakan ketentuan-ketentuan yang ada dalam SOLAS
  b. Latihan
    Untuk menjaga kewaspadaan dan kesiapan ABK, harus diadakan latihan baik teori maupun praktek secara berkala dan teratur.
Latihan bersama dengan personil darat untuk pertukaran informasi, baik mengenai jumlah maupun letak alat pemadam kebakaran guna memperlancar dalam pelaksanaan bila terjadi kebakaran dikapal atau keadaan darurat lainnya.
  c. Pelaksanaan Latihan-latihan darurat sesuai SOLAS
   
  1. Diatas kapal-kapal penumpang latihan-latihan sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan 1 kali seminggu atau segera sesudah meniggalkan pelabuhan terakhir
  2. Diatas kapal-kapal barang latihan-latihan sekoci dan kebakaran harus dilaksanakan 1 kali sebulan atau 24 jam sesudah meninggalkan pelabuhan bila ada penggantian abk lebih dari 25 %
  3. Pelaksanaan latihan-latihan darurat harus dicatat dalam buku jurnal / log book
  4. Setiap 3 bulan sekali sekoci penolong harus diturunkan keair / bergiliran
    Semboyan bahay terdiri dari 7 atau lebih tiupan pendek disusul dengan satu tiupan panjang.
3. Data2 / Informasi2 yang harus tersedia diatas kapal sehingga kita dapat dgn tepat mengambil keputusan dalam mengatasi segala macam keadaan darurat
 
  1. Jenis, jumlah dan pengaturan muatan
  2. Muatan2 berbahaya diatas kapal
    Stabilitas kapal
  3. General Arrangement kapal
  4. Alat-alat penolong
  5. Alat-alat komunikasi
  6. Pesawat-pesawat emergencies
  7. Alat-alat isyarat bahaya
  8. Meteorological information
4. Tindakan Pendahuluan
 
Seseorang yang menemukan keadaan darurat harus membunyikan tanda bahaya,  melaporkan ke perwira Jaga yang kemudian akan menyiapkan organisasi.
Bagi yang berada dilokasi kejadian segera mengambil tindakan untuk mengendalikan keadaan sampai diambil alih oleh organisasi keadaan darurat.
Setiap orang harus tahu dimana tempat dan apa tugasnya yang harus siap menunggu perintah.
5. Alarm kebakaran kapal :
  Alarm ini harus didikuti dengan beberapa tiupan panjang dengan waktu antara tidak kurang dari 10 detik.
6. Denah Peralatan Pemadam Kebakaran :
  Harus dipasang secara tetap pada tempat-tempat yang mudah dilihat disetiap geladak.
7. Pengawasan dan pemeliharaan :
  Peralatan pemadam kebakaran harus selalu siap untuk digunakan setiap saat, maka perlu dilakukan pengecekan secara berkala oleh perwira yang bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengisian  tabung yang tepat waktu.
8. Keterampilan ABK
  Agar supaya dalam mengatasi keadaan darurat yang terjadi diatas kapal dapat berlangsung secara cepat, tepat, aman dan terkendali maka sebagai crew kapal kita harus terampil dalam mempergunakan Alat-alat penolong diatas kapal :
  a. Alat-alat keselamatan diair, meliputi :
   
  1. Sekoci Penolong
  2. Jaket penolong
  3. Rakit penolong
  4. Pelampung penolong
  5. Alat pelempar tali
  6. Distress signals
  7. Alat – alat apung lainnya
  8. Lampu sorot
  b. Alat-alat pemadam kebakaran, meliputi :
   
  1. Emergency fire pump, fire hydrants
  2. Hoze and Nozzles
  3. Peralatan pemadam kebakaran jinjing dan tetap
  4. Fire detector system
  5. Instalasi CO2
  6. Sistem Sprinkler
  7. Axes & Bars
  8. Alat-alat bantu pernafasan
  9. Fireman’s Outfits
  10. Sand in Boxes
 
PROSEDUR PENANGGULANGAN DAN PENYELAMATAN TERHADAP BERBAGAI MACAM KEADAAN DARURAT DI KAPAL
 
Tata cara khusus prosedur darurat untuk mengatasi kejadian tubrukan
  1. Bunyikan sirine / alarm bahaya
  2. Mengolah gerk kapal untuk mengurangi pengaruh tubrukan
  3. Pintu-pintu kedap air dan pintu-pintu kebakaran otomatis ditutup
  4. Lampu-lampu dek dinyalakan
  5. Nahkoda diberitahu
  6. Vhf dipindah ke chanel 16
  7. Awak kapal dan penumpang dikupulkan dimuster station
  8. Posisi kapal tersedia dikamar radio
  9. Tangki-tangki dan got-got disounding
 
Tata cara khusus prosedur darurat untuk mengatasi kapal kandas
  1. Stop mesin
  2. Bunyikan sirine / alarm bahaya
  3. Pintu-pintu kedap air ditutup
  4. Nahkoda diberitahu
  5. Kamar mesindiberitahu
  6. Vhfdipindah ke channel 16
  7. Tanda-tanda kapal kandas dibunyikan / diperlihatkan
  8. Lampu dek dinyalakan
  9. Got-got dantangki-tangki disounding
  10. Kedalaman laut disekitar kapal disounding
  11. Posisi kapal tersedia dikamar radio
 
9.3.   Menggunakan Alat Pemadam Kebakaran
Kalau diperhatikan api yang besar itu sebenarnya berasal dari api yang kecil,  kemudian  karena  tidak  terkendalikan  akan  menjadi  besar  dan melalap apa saja yang ada disekitarnya. Untuk kepentingan atau kegiatan tertentu api yang kecil sengaja diperbesar seperti pada kegiatan pembakaran biji besi, pembakaran genteng/batubara dan lain sebagainya.
Jadi kebakaran itu adalah nyala api yang tidak dapat dikendalikan  yang akan membahayakan keselamatan jiwa dan harta benda.
Mencegah bahaya kebakaran akan lebih baik dari pada mengatasi atau memadamkan kebakaran. Pada setiap kejadian kebakaran tindakan awal atau sedini mungkin adalah sangat menentukan, karena pada saat itu api masih kecil dan mudah dikendalikan.
Tindakan awal ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat, karena keterlambatan atau kesalahan bertindak dapat mengakibatkan kegagalan fatal. Untuk dapat bertindak dengan cepat dan tepat diperlukan pengetahuan tentang cara-cara pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran yang memadai
 
9.3.1. Sebab-sebab   terjadinya  kebakaran   dapat  dibagi  menjadi  3 faktor :
  1. Bahan yang mudah terbakar.
    Barang padat, cair atau gas kayu, kertas, textil, bensin, minyak, acetelin dll)
  2. Panas ( Suhu ).
    Pada lingkungannya memiliki suhu yang demikian tingginya, (sumber panas dari Sinar Matahari, Listrik (kortsluiting, panas energi mekanik (gesekan), Reaksi Kimia, Kompresi Udara)
  3. Oksigen ( O2 ).
    Adanya Zat Asam (O2) yang cukup. Kandungan(kadar) O2 ditentukan dengan persentasi (%), makin besar kadar oksigen maka api akan menyala makin hebat, sedangkan pada kadar oksigen kurang dari 12 % tidak akan terjadi pembakaran api. Dalam keadaan normal kadar oksigen diudara bebas berkisar 21 %, maka udara memiliki keaktifan pembakaran yang cukup.

Dari ketiga faktor tersebut saling mengikat dengan  kondisi yang cukup tersedia.  Ketiga  faktor  tersebut  digambarkan  dalam  bentuk hubungan segitiga kebakaran sebagai berikut :
Gambar. 9.1. Segitiga Kebakaran
 
Perlu diperhatikan apabila salah satu dari sisi dari segita tersebut diatas tidak ada, maka tidak mungkin terjadi kebakaran. Jadi setiap kebakaran yang terjadi dapat dipadamkan dengan tiga cara yaitu :
  1. Dengan menurunkan suhunya dibawah suhu kebakaran
  2. Menghilangkan zat asam
  3. Menjauhkan barang-barang yang mudah terbakar

http://www.arieflaksmono.com